Kekerasan dan kebencian akan selalu kalah
Kota Vatikan (ANTARA News) - Pemimpin umat Katolik sedunia, Paus Benediktus XVI pada Rabu meminta penghentian segera pertempuran di Pantai Gading dan Libya, dengan mengatakan semua pihak sebaiknya melancarkan upaya perdamaian "untuk menghentikan pertumpahan darah lebih lanjut".

"Saya berdoa untuk para korban dan saya dekat dengan semua orang yang menderita," kata Paus pada akhir satu pertemuan di Vatikan.

"Itulah mengapa saya menyampaikan permintaan baru, sepenuh hati pada semua pihak untuk melancarkan upaya perdamaian dan dialog dalam upaya menghentikan pertumpahan darah lagi," ujarnya."Kekerasan dan kebencian akan selalu kalah."

Paus juga telah meminta utusannya, Kardinal Peter Kodwo Turksom, agar dibolehkan masuk ke Pantai Gading "untuk menunjukkan solidaritas saya". Turkson telah tertahan di Ghana karena meluasnya konflik di Pantai Gading.

Krisis di Pantai Gading kini memasuki tahap genting dengan pasukan yang setia kepada presiden Alassane Ouattara menyerang bunker saingannya, Laurent Gbagbo, di Abidjan. Menurut laporan terakhir, banyak wartawan dan diplomat telah minta bantuan evakuasi.

Ouattara diakui masyarakat internasional.

Paus juga telah berulang kali memperingatkan mengenai kekerasan yang meningkat di Libya.

"Saya menyampaikan seruan sepenuh hati pada organisasi internasional dan mereka dengan tanggung jawab politik dan militer untuk melancarkan dialog dengan segera yang akan menangguhkan penggunaan senjata," katanya pada peziarah di Vatikan bulan lalu.

"Pada saat ketegangan sangat tinggi, menjadi lebih mendesak untuk menggunakan upaya diplomatik yang ada dan untuk mendukung bahkan isyarat sangat lemah dari keterbukaan dan keinginan untuk rekonsiliasi dari semua pihak yang terlibat," tambahnya.

Setelah dimulainya operasi militer internasional untuk melaksanakan zona larangan terbang di Libya, Paus telah mendesak para pemimpin dunia untuk menjamin "keselamatan warga Libya dan menjamin akses ke bantuan kemanusiaan".

Harian resmi Vatikan, Osservatore Romano, sebelumnya mengatakan bahwa Prancis telah "terlalu tergesa-gesa" untuk melancarkan operasi militer terhadap rezim pemimpin Libya Muammar Gaddafi dan mengatakan ada "kekacauan besar" pada strategi itu.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011