Nusa Dua (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan rencana integrasi sepuluh negara Asia Tenggara dalam "ASEAN Community" seharusnya tidak terpisah dari upaya pemberantasan kemiskinan di wilayah tersebut.

Dalam pidatonya pada pembukaan pertemuan menteri keuangan ASEAN di Bali International Convention Center, Nusa Dua, Jumat, Presiden mengingatkan pemberantasan kemiskinan di wilayah Asia Tenggara tidak bisa diabaikan karena dari 1,4 miliar penduduk dunia yang masih hidup dengan penghasilan di bawah 1,25 dolar AS per hari, sebanyak 118 juta di antaranya berada di negara-negara ASEAN.

"Karena itu, saya percaya upaya kita bersama harus berkontribusi pada kemampuan kita untuk mengatasi kemiskinan, salah satu isu yang paling mengemuka di wilayah ini," ujarnya.

Karena itu, menurut dia, negara-negara ASEAN harus mampu bekerja sama untuk merumuskan kebijakan finansial yang bersifat inklusif kepada semua lapisan masyarakat sehingga setiap orang bisa mendapatkan akses ke berbagai jasa keuangan seperti asuransi dan perbankan.

Selain itu, Presiden mengatakan, pemerintah negara-negara ASEAN juga harus mampu menyediakan jasa fasilitas perbankan kepada warganya yang masih miskin agar mereka bisa mendapatkan akses kredit untuk memulai usaha kecil.

"Melalui partisipasi inklusif yang lebih besar dari berbagai lapisan masyarakat kita bisa meraih lebih banyak lagi ide baru atau inovasi. Bahkan kita bisa meningkatkan lagi makna ASEAN yang berpusat pada hubungan orang per orang," ujarnya.

Presiden dalam pidatonya mencontohkan program Kredit Usaha Rakyat yang diterapkan pemerintah sebagai salah satu langkah pemberantasan kemiskinan di Indonesia.

Program KUR yang telah memberikan akses perbankan kepada 400 ribu orang dari 4,1 juta debitur yang tadinya sama sekali tidak mengenal jasa perbankan itu, diyakini oleh Presiden dapat menjadi salah satu contoh kerja sama ASEAN di sektor keuangan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus memberantas kemiskinan.

Presiden dalam pidatonya juga berharap "ASEAN Community" yang ditargetkan tercapai pada 2015 jangan justru menambah kesenjangan di antara anggotanya.

Untuk itu, kata dia, kerja sama ekonomi di antara negara-negara anggota ASEAN harus menyentuh masalah pembangunan yang mengatasi kesenjangan.

"Karena itu kita harus fokus pada kebijakan struktural dan reformasi sekaligus juga membangun koridor ekonomi untuk mendorong keterhubungan nasional dan regional serta pembangunan infrastruktur regional," tuturnya.

Sebagai salah satu cara untuk mewujudkan keterhubungan ASEAN dari segi infrastruktur, Presiden berharap dana infrastruktur ASEAN dapat ditingkatkan jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan negara-negara anggotanya sehingga tidak akan terjadi kesenjangan.

Dalam pidatonya, Presiden juga berharap ASEAN dapat berperan sebagai pemecah masalah di wilayahnya sendiri sekaligus menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan dan pembangunan dalam berbagai bidang kerjasama mulai dari sektor keuangan, ketahanan energi dan pangan, serta mengatasi perubahan iklim. 
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011