Kairo (ANTARA News) - Hosni Mubarak dirawat di rumah sakit setelah mengalami gangguan jantung saat diinterogasi. Mubarak diinterogasi para penyelidik setelah adanya protes dari kaum pembaruan garis keras yang mengatakan Mubarak dilindungi dari hukuman oleh para penguasa militer Mesir.

Mantan presiden Mesir tersebut jatuh sakit pada Selasa (12/4), selama penyelidikan kasus pembunuhan terhadap pemrotes dalam revolusi yang menggulingkan dia dan kasus korupsi di dalam pemerintahnya.

Para jenderal Mesir, yang bertugas sejak Mubarak meletakkan jabatan pada 11 Februari, telah menghadapi seruan yang makin keras dari pemrotes di Bundaran At-Tahrir di Kairo agar Mubarak dan sekutunya diadili.

Tentara pada Selasa membubarkan aksi duduk selama lima hari di bundaran tersebut, yang menjadi pusat pemberontakan pada Januari.

Beredar laporan yang bertentangan mengenai kondisi Mubarak.

Menurut satu laporan, Mubarak berada di ruang perawatan intensif setelah "mengalami krisis jantung" selama proses interogasi. Laporan lain menyatakan ia cukup sehat untuk ditanyai di rumah sakit di tempat pelancongan Sharm Esh-Sheikh.

Mubarak (82) digulingkan setelah pemberontakan rakyat terhadap penindasan dan korupsi selama 30 tahun kekuasaannya. Lebih dari 380 orang tewas dalam demonstrasi massa yang gagal dipadamkan oleh polisi dan kubu pro-Mubarak.

Saat merosotnya kesehatannya bisa memicu keraguan di kalangan pemrotes garis keras, yang telah mengeluhkan kegagalan militer untuk menyeret Mubarak dan sekutunya dengan lebih cepat dan menyatakan mereka melindungi salah seorang anggota mereka.

Banyak kalangan di Mesir menyatakan pemimpin yang sudah tua itu mestinya dapat melepaskan jabatan dengan penuh martabat setelah bertahun-tahun menyaksikan kestabilan. Tapi pemrotes mengecam kekuasaannya dengan menerapkan peraturan darurat dan mengatakan ia mendorong perpecahan antara orang kaya dan miskin.

Jaksa penuntut umum memanggil Mubarak pada Ahad (10/4) untuk ditanyai sehubungan dengan dugaan pembunuhan pemrotes dan penggelapan dana masyarakat. Dua putranya --Gamal dan Alaa-- juga dimasukkan ke dalam daftar mantan menteri dan pejabat yang sekarang diselidiki, demikian AFP.
(C003)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011