Jenewa (ANTARA News) - Hampir 1.000 orang yang terdampar di Misrata yang dikepung telah dievakuasi Senin, tapi sedikitnya 4.000 orang lagi masih menunggu pertolongan di kota Libya itu, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

Kelompok 971 orang yang telah ditolong dengan sebuah kapal sewaan itu termasuk 650 orang Ghana, sebanyak 100 warga Libya, termasuk di antara mereka seorang anak yang tertembak di wajahnya, kata badan antarpemerintah tersebut.

Kapal itu diperkirakan tiba Senin malam di markas besar pemberontak Benghazi, dan para imigran yang secara fisik dianggap dapat melakukan perjalanan akan dibawa dalam beberapa hari mendatang melalui darat ke perbatasan dengan Mesir.

IOM memperingatkan bagaimana-pun, ribuan orang lagi masih menunggu pertolongan dan bahwa situasi di tempat itu (Misrata) makin sulit bagi misi evakuasi lagi.

"Kami memiliki jendela sangat-sangat kecil untuk mengeluarkan semua orang. Kami tidak memiliki kemewahan beberapa hari, tapi hanya beberapa jam," kata Pasquale Lupoli, wakil regional IOM untuk Timur Tengah.

"Ketimbang melakukan beberapa misi lagi yang akan pergi hingga beberapa pekan, apa yang kami butuhkan sekarang adalah memiliki sebuah kapal yang dapat memuat 4.000 orang lebih dan melakukan satu misi terakhir yang dapat mengeluarkan semua orang pada waktu yang sama dengan segera," katanya.

Juru bicara Jemini Pandya menyebutkan bahwa mereka yang terdampar di Misrata sangat lemah dan kekurangan cairan tubuh setelah tinggal hampir dua bulan di ruang terbuka dan dengan sedikit makanan serta tidak ada akses ke air bersih.

Dengan menunjuk ke misi pertama yang telah menolong sekitar 1.200 orang, Pandya mencatat bahwa sejumlah imigran tidak akan dapat diselamatkan pada hari lainnya, jika mereka tidak ditolong sekarang.

"Kami membutuhkan dengan mendesak donor dan pemerintah untuk melabuhkan kapal seperti itu dan dana tersedia bagi kami untuk melakukan misi dalam skala ini. Setiap jam dihitung dan imigran yang masih di Misrata tidak dapat bertahan lebih lama lagi seperti ini," kata Lupoli, demikian AFP melaporkan. (S008/S004/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011