Jakarta (ANTARA News) - Baitul Mal wat Tamwil Al-Azhar menyelenggarakan program pemberdayaan ekonomi dan kemaslahatan umat "1.000 Muzakki" bekerja sama dengan Bank BRI Syariah.

Pelaksanaan program ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) "Co-Branding" antara BMT Al-Azhar dengan BRI Syariah dan pelatihan kewirausahaan bagi 250 calon muzakki atau pembayar zakat angkatan I di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta, Minggu.

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Ketua BMT Al-Azhar Abdurrahman Mukarom, Kepala BRI Cabang Induk Jakarta Sundoyo, Bendahara Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar Soewarsono Sarjadi, dan Sekretaris YPI Al-Azhar Nasrul Hamzah mewakili Ketua YPI Al-Azhar "ex-officio" Ketua Takmir Masjid Agung Al-Azhar.

"Program ini dilaksanakan berdasarkan visi terbangun dan berkembangnya ekonomi umat dengan landasan syariah Islam," kata Abdurrahman Mukarom.

Misi dari program ini, katanya, menjadi alternatif dan solusi bagi masyarakat atas praktik ekonomi nonsyariah, melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil, dan mengangkat martabat mustahik (penerima zakat) menjadi muzakki (pembayar zakat).

Sementara itu nota kesepahaman "Co-Branding" antara BMT Al-Azhar dengan BRI Syariah, kata Abdurrahman, akan berlangsung selama tiga tahun dan bisa terus diperpanjang.

Sundoyo menyatakan, BRI mendukung dan peduli dengan program tersebut. "Untuk pengaturan teknisnya kami serahkan kepada BMT Al-Azhar," katanya.

Abdurrahman menambahkan per 1 Mei, para mustahik yang telah mendapat pelatihan kewirausahaan oleh BMT Al-Azhar itu memperoleh buku tabungan dan kartu ATM berlogo BMT Al-Azhar dan BRI Syariah berikut isi rekening senilai Rp100 ribu dan langsung menjadi nasabah.

"Uang Rp100 ribu yang kami berikan itu bisa dimanfaatkan untuk mempresiapkan jati diri menjadi muzakki," kata Abdurrahman.

Dakwah elektronik

Dalam kesempatan tersebut, Soewarsono juga meluncurkan media "Dakwah Elektronik Al-Azhar" sebagai alternatif dari berbagai kegiatan dakwah di Masjid Agung Al-Azhar.

"Pada saat ini begitu majunya teknologi informasi dan sebagian umat juga sibuk untuk menghadiri dakwah di masjid sehingga untuk mengatasi keterbatasan waktu dan jangkauan, dakwah elektronik ini kami luncurkan," kata Soewarsono yang juga dokter ahli kandungan itu.

Ia berharap dakwah elektronik Al-Azhar tidak hanya berisi informasi tentang dakwah berbahasa Indonesia tetapi juga berbahasa Inggris dan Arab.

"Dengan demikian pesan yang disampaikan bisa dipahami umat Muslim di dunia," katanya.(*)
(T.B009/N002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011