Aden, Yaman (ANTARA News) - Seorang pemimpin cabang Al-Qaeda di Yaman selatan hari Rabu berjanji membalas pembunuhan pemimpin global jaringan itu Osama bin Laden oleh pasukan AS.

"Kami akan membalas kematian Syeikh Osama bin Laden dan membuktikan hal ini kepada musuh-musuh Tuhan," katanya kepada AFP ketika dihubungi melalui telefon dari provinsi Abyan, yang merupakan markas Al-Qaeda di Yaman selatan.

"Mereka akan melihat sesuatu yang tidak mereka harapkan... Kami sedang mempersiapkan rencana untuk melanjutkan jihad pada periode mendatang," kata pemimpin Al-Qaeda itu, yang tidak bersedia disebutkan namanya karena "alasan keamanan".

"Kematian syahid Syeikh Osama tidak berarti jihad berakhir," katanya.

Menurut pejabat itu, Osama telah "mempersiapkan ribuan singa seperti dirinya dan kami akan mengikuti jalurnya sampai kami mencapai janji Tuhan kepada kami -- Kekhalifahan Islam".

Washington mengumumkan, Senin, pasukan komando AS menembak mati Osama dalam penyerbuan terhadap vilanya di dekat Islamabad, ibu kota Pakistan.

Penduduk di kota-kota Mudia, Mahfad dan Loder di provinsi Abyan yang semuanya dikendalikan Al-Qaeda mengatakan, para pendukung jaringan jihad yang berkabung atas kematian Osama memasang spanduk hitam di rumah mereka dan di jalan.

Cabang-cabang Al-Qaeda Saudi dan Yaman menyatukan diri pada Januari 2009 dan membentuk Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), yang menimbulkan ancaman serius bagi kepentingan AS dan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat, khususnya AS, semakin khawatir atas ancaman ekstrimisme di Yaman, termasuk kegiatan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP).

Para komandan militer AS telah mengusulkan anggaran 1,2 milyar dolar dalam lima tahun untuk pasukan keamanan Yaman, yang mencerminkan kekhawatiran yang meningkat atas keberadaan Al-Qaeda di kawasan tersebut, kata The Wall Street Journal bulan September.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember 2009, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011