Kediri (ANTARA News) - Isak tangis dari keluarga mewarnai kedatangan Sugianto (46), seorang anak buah kapal (ABK) yang menjadi Kepala Kamar Mesin (KKM) Kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia saat akan mengirimkan biji nikel dari Pomala ke Roterdam, Belanda, Minggu sore, di rumahnya di Desa Senden, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

"Alhamdulillah, Tuhan telah melindungi dan selamatkan jiwa raga kami semua," kata Sugianto begitu sampai di rumahnya, ditemani dengan istrinya, Yatmini.

Sugianto mengaku senang bisa kembali berkumpul dengan keluarganya pascakejadian pembajakan oleh perompak Somalia 16 Maret 2011. Ia tidak menyangka, jika bisa bertemu dengan keluarganya.

Ia mengatakan, sebelum aksi pembajakan sebenarnya ada "Warship" atau kapal perang milik NATO, tapi kapal perang itu tidak memberi aba-aba kepada awak kapal MV Sinar Kudus untuk menjauh dari para perompak, sehingga pembajak itu berhasil masuk ke kapal.

"Sebenarnya, saat kapal akan dibajak ada `warship` NATO. Tetapi, tidak tahu kok malah perompak bisa naik," katanya.

Ia menyadari, jika teknologi yang digunakan para perompak lebih canggih dibandingkan dengan kapalnya. Untuk "speed" kapal misalnya, kapal MV Sinar Kudus hanya 12 knot, sementara para perompak bisa mencapai 30 knot.

Saat kejadian pembajakan itu, kata dia, awalnya ada sekitar 20 orang perompak yang naik kapal. Mereka masuk ke kapal lewat tangga khusus. Mereka juga langsung mengeluarkan senjata dengan meminta seluruh ABK berkumpul.

Ia dengan rekan lainnya tidak dapat berkutik dengan ancaman para perompak. Selain tidak membawa senjata, mereka juga mengancam akan menyakiti jika berani melawan.

"Kami hanya kapal kargo, tentunya tidak dilengkapi dengan persenjataan. Kalau mereka (perompak) membawa senjata dan bazoka juga," ucapnya mengingat peristiwa pembajakan itu.

Para awak kapal warga negara Indonesia, lanjut bapak tiga anak ini, juga langsung dikumpulkan di anjungan kapal. Ke-20 orang awak kapal itu dikumpulkan untuk meminta tebusan dari perusahaan.

"Kalau saya, yang di bagian mesin tidak tahu pasti kondisi teman-teman. Awalnya, kami dikumpulkan di anjungan kapal, tetapi karena saya di bagian mesin, jadinya mengurus mesin. Para perompak hanya mendampingi kami, sedangkan pihak yang mengemudikan kapal ya tetap kami," ucapnya.

Saat ini, ia belum ada rencana untuk kembali beraktivitas, menjadi pelaut yang sudah sejak tahun 1990 dijalaninya. Saat ini, ia ingin menenangkan diri, menghabiskan waktu dengan keluarga. Waktu 47 hari menjadi sandera, cukup menguras energinya. Bahkan, saat ini berat badannya juga turun hingga 5 kilogram dari berat badanya semula 53 kilogram.

"Belum ada rencana lagi untuk berlayar. Saat ini masih normalkan fisik dan mental. Jika Tuhan menghendaki kerja, juga berangkat lagi," ujarnya.

Istri Sugianto, Yatmini mengaku senang dengan kepulangan suaminya. Ia hanya bisa menangis, menahan rasa gembira.

Selain disambut anggota keluarga, kedatangan Sugianto ke rumah juga mendapat sambutan dari para tetangga. Mereka ikut senang, karena Sugianto berhasil pulang dengan selamat setelah kapalnya dibajak perompak.(*)

(ANT)



Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011