Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) sepakat untuk mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi diantara anggotanya seiring dengan proses pembentukan komunitas ASEAN pada 2015.

"Tidak ada satupun elemen masyarakat yang tidak boleh menikmati manfaat dari integrasi ekonomi ASEAN," demikian pernyataan Ketua ASEAN 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada akhir KTT ke-18 ASEAN di Balai Sidang Jakarta, Minggu petang.

Yudhoyono menegaskan, ASEAN sebagai sebuah komunitas harus mencapai pertumbuhan ekonomi secara wajar dan merata.

Salah satu cara untuk mencapai hal itu adalah pemberdayaan sektor usaha kecil dan menengah.

"Kita harus membuat mereka mampu untuk berkompetisi dalam sistem pasar bebas. Dalam hal ini, sektor usaha kecil dan menengah di ASEAN harus memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi, pasar, dan terutama pembiayaan melalui program finansial yang inklusif," katanya.

Menurut Yudhoyono, para pemimpin negara ASEAN telah memerintahkan para menteri terkait untuk untuk memperkuat komitmen dan mengembangkan prinsip-prinsip kemajuan ekonomi yang wajar dan merata.

"Kita mengintensifkan usaha kita tentang implementasi ini, termasuk kerjasama dengan mitra wicara, terkait usaha kita untuk menjembatani kesenjangan pertumbuhan," kata Yudhoyono.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menutup KTT ke-18 ASEAN pada Minggu sore.

Para pimpinan ASEAN sepakat untuk mengadopsi tiga pernyatan bersama, yaitu pertama pernyataan tentang "ASEAN Community in a Global Community of Nations" (Komunitas ASEAN dalam Komunitas Global Negara-negara).

Kedua, "Joint Statement on Establishment of an ASEAN Institute for Peace and Reconciliation" (Pernyataan Bersama mengenai Pembentukan Institut Perdamaian dan Rekonsiliasi ASEAN) dan ketiga adalah "Joint Statement in Enhancing Cooperation Against Trafficking in Persons in South East Asia" (Pernyataan Bersama mengenai Peningkatan Kerjasama Melawan Penyelundupan Manusia di Asia Tenggara).(*)

F008*D013*G003/S006

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011