Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah melalui PT Bio Farma akan menyediakan 800 ribu vaksin Pentavalent DTP dan HIB untuk mencegah penularan penyakit Hepatitis B di Indonesia pada 2012.

Bio Farma sebagai satu-satunyan produsen vaksin dan anisera di Indonesia telah memenuhi kebutuhan program imunisasi nasional untuk kebutuhan program imunisasi nasioanl.

Direktur Utama Bio Farma Iskandar mengatakan,"kami akan memperkenalkan sebuah vaksin terbaru Pentavelent, sebuah vaksin terbaru yang melengkapi vaksin sebelumnya vaksin Combo."

"Hampir setiap negara telah memproduksi massal Pentavalent kecuali Indonesia dan China," katanya dalam acara seminar yang bertajuk "121th Bio Farma Mewujudkan Strategi Riset Nasional Dalam Kemandirian Produsi Vaksin" di Wisma ANTARA pada Kamis (12/5).

Vaksin itu dibutuhkan karena penyakit Hepatitis B menyerang negara dengan penduduk terpadat dan minimnya kesadaran hidup sehat.

Penyakit Hepatitis B berbeda dengan Hepatitis A (Penyakit Kuning) mudah terdeteksi dari ciri-ciri di beberapa bagian tubuh yang berwarna kuning tapi tidak dengan Hepatitis B.

Hepatitis B tidak meninggalkan ciri apa pun dengan dampaknya kerusakan hati sehingga tubuh tidak bisa menangkal racun-racun yang masuk ke tubuh.

Riset Pentavalent sendiri memakan waktu selama 10 tahun dan pembuatannya baik dan teknologi dibantu oleh GAVI singkatan dari Global Alliance Vaccine International.

"Nantinya kami akan mendistribusikan vaksin ini (Pentavalent) secara bertahap-tahap mulai dari 20 persen, 50 persen, baru 100 persen," katanya.

Tak hanya itu, Bio Farma juga akan memproduksi beberapa vaksin dalam beberapa tahun mendatang seperti vaksin SIPV (Sabin Inactivated Polio Vaccine) untuk polio pada 2012, Rotavirus untuk mencegah penyakit diare pada bayi pada 2016, vaksin flu pada 2012 untuk mencegah pendemik influenza seperti flu burung dan vaksin DBD.  

"Vaksin flu burung diperlukan untuk berjaga-jaga karena siklus penyebarannya yang sangat cepat," katanya.

Dia (Iskandar) juga meminta pemerintah untuk membantu penyerapan vaksin ke segala lapisan masyarakat seperti pemberian vaksin untuk para jemaat haji yang ingin berangkat ke tanah suci.

"Jadi, jangan sampai kita punya vaksin tapi tidak terpakai," katanya.

Kendala

Penyebaran vaksin ke beberapa wilayah Indonesia juga menemui kendala mengingat keterbatasan transportasi seperti pesawat kecil untuk membawa vaksin ke daerah-daerah terpencil hingga ada sebuah desa yang menolak vaksinasi.

"Tidak semua daerah ingin divaksinasi, padahal kami harus memberikan vaksinasi," katanya.

Proses pembuatan vaksin, Indonesia masih memiliki masalah dengan keterbatasan SDM dan alat teknologi canggih untuk membuat vaksin itu sendiri. Oleh karena itu, Bio Farma bekerjasama kerjasama dengan negara lain dan organisasi internasional.

"Saya meminta pemerintah melalui Kementerian Negara Riset dan Teknologi untuk menciptakan alat pembuat vaksin," katanya.

Sementara itu, memasyarakatkan imunisasi selaras dengan isu-isu kesehatan yang menjadi perhatian WHO, badan kesehatan dunia (WHO) akan menggelar kongres kesehatan dunia yang bertajuk "Dekade Vaksin 2011-2020" di Genewa, Swiss mulai 16-24 Mei 2011.

Dalam kongres itu, WHO menekankan pada tiga hal yaitu bagaimana menciptakan keluarga yang sehat tanpa penyakit, program imunisasi untuk semua orang dan akses mendapatkan imunisasi adalah hak setiap orang.

"WHO akan membeli, mempromosikan dan menyalurkan produk kita ke negara lain serta memberi sertifikasi kualifikasi vaksin," kata Neneng Nurlaela, Kepala Bagian Hubungan Masyarakat PT. Bio Farma menjelaskan peran WHO.

Oleh Karena itu, dia (Iskandar) akan membentuk sebuah forum riset vaksin nasional setiap tahunnya, forum itu dihadiri oleh pemerintah, pemegang modal dan perusahaan obat untuk membahas rencana strategi vaksin di indonesia seperti proses pembuatan dan pendistribusian.

"Forum ini akan melahirkan sebuah solusi untuk memaksimalkan proses pembuatan dan penyebaran vaksin di Indonesia, dimana proses pembuatan vaksin yang sebelumnya setahun bisa dipersingkat karena dibuat bersama-sama" katanya.

(Adm/S026)

Pewarta: Adam Rizallulhaq
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011