Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Kepresidenan Bidang Informasi Heru Lelono mengatakan, sebuah survei dari sebuah lembaga survei pasti punya tujuan tertentu.

"Survei yang dilakukan Indobarometer kali ini pasti juga punya tujuan, namun saya belum jelas tujuannya untuk apa. Saya mengatakan belum jelas, karena ada beberapa pertanyaan yang belum bisa saya jawab," kata Heru di Jakarta, Selasa.

Pertama, kata Heru, apa relevansi memperbandingkan hari ini dengan masa Orde Baru. Yang pasti semua orang sudah tahu bahwa hari ini jauh lebih baik dibanding masa lalu.

Kedua, kalau melakukan perbandingan dengan masa Orde Baru, selayaknya respondennya sudah dewasa dan mampu menilai keadaan masa Orde Baru tersebut.

Ketiga, hampir pasti tidak bisa diperbandingkan dan langsung keadaan hari ini dan Orde Baru, karena hari ini kehidupan sudah sedemikian demokratis, tidak lagi otorian dan main bungkam seperti masa Orde Baru.

"Sehingga hari ini semua rakyat punya hak untuk bicara dan berpendapat. Kata stabilitas hari ini dan masa Orde Baru berbeda. Stabilitas hari ini bisa terjadi karena sistem berjalan dengan baik. Namun pada masa Orde Baru keadaan tampak stabil karena rakyat apatis dan takut berpendapat," kata Heru.

Ia menambahkan, survei yang berguna saat ini harusnya dilakukan berkala, seperti yang dilakukan BPS. Lembaga survei boleh memilih topik, responden dan metodenya sendiri namun hasil survei tersebut dapat dijadikan masukan bagi pemerintah, siapapun presidennya.

"Katakan sebagai 'second opinion', diberbagai topik yang paling bermanfaat buat rakyat banyak, seperti sosial, kebangsaan budaya,dan ekonomi. Kalau isinya politik, biasanya hanya dimanfaatkan oleh sejumlah elit saja. Itulah mengapa saya katakan bahwa survei pasti punya tujuan. Dan tujuan yang baik, bila isi dan topiknya bermanfaat buat kemajuan bangsa," kata Heru Lelono.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indobarometer M Qodari merilis hasil surveinya. Hasilnya adalah menemukan Soeharto lebih populer di mata rakyat dibanding dengan presiden-presiden sesudahnya.

Dari survei yang melibatkan 1.200 orang itu, 36,54 persen responden dari seluruh Indonesia memilih Soeharto, lalu Susilo Bambang Yudhoyono sebesar 20,9 persen, Soekarno dengan 9,8 persen, Megawati dengan 9,2 persen, B.J. Habibie dengan 4,4 persen, dan Abdurrahman Wahid dengan 4,4 persen.(*)
(Zul/R009)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011