Ternate (ANTARA News) Situasi masih tegang di Kota Daruba, ibukota Kabupaten Pulau Morotai, Provinsi Maluku Utara pada hari Minggu menyusul terjadinya aksi anarkis massa pascapleno rekapitulasi hasil pilkada Pulau Morotai oleh KPU setempat, Sabtu.

Sejumlah warga di Daruba ketika dihubungi, Minggu, mengaku situasi di kota itu masih tegang, sehingga banyak warga yang memilih berdiam di dalam rumah.

Massa pendukung calon bupati-wakil bupati Pulau Morotai pasangan Rusli Sibua/Weni Paraisu kemarin melakukan aksi anarkis karena tidak menerima keputusan pleno rekapitulasi hasil pilkada Pulau Morotai yang dilakukan oleh KPU dengan memenangkan pasangan Arsad Sardan/Demianus Ice.

Massa tersebut sempat membakar puluhan rumah warga dan sempat terjadi bentrok dengan polisi. Dalam bentrok itu, sedikitnya lima warga terkena tembakan aparat kepolisian.

Direskrimum Polda Malut AKBP Rivai Sinambela ketika dihubungi mengatakan, aparat kepolisian masih terus berupaya mengendalikan situasi di Pulau Morotai dan mengamankan sejumlah fasilitas umum.

Kapolda Malut Brigjen Pol Erlan Lukman Nulhakim hari Minggu terbang ke Pulau Morotai untuk memantau langsung kondisi di daerah itu pasca-terjadinya aksi massa itu.

"Kami belum menerima laporan rinci mengenai kejadian Pulau Morotai tersebut, tapi memang ada lima warga yang tertembak dalam aksi yang berlangsung kemarin, karena mereka berupaya merusak fasilitas umum," kata AKBP Rivai Sinambela.

Pleno rekapitulasi hasil pilkada Pulau Morotai di KPU setempat yang memenangkan pasangan Arsad Sardan/Demianus Ice ditolak massa pendukung calon lainnya karena tidak sesuai hasil pleno di tingkat PPK.

Hasil pleno di lima PPK, yang meraih suara terbanyak adalah pasangan Rusli Sibua/Weni Paraisu, namun pada pleno di KPU Pulau Morotai, diputuskan yang meraih suara terbanyak adalah pasangan Arsad Sardan/Demianus Ice.

Ketua Pokja Rekapitulasi KPU Pulau Morotai yang memimpin pleno tersebut mengaku, data yang digunakan dalam pleno tersebut dari berita acara hasil pleno di PPK yang disertakan dalam kotak suara.
(KR-AF/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011