Surabaya (ANTARA News) - Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mendorong lahirnya batik khas Bromo dari karya warga Tengger di kawasan Gunung Bromo, Desa Ngadas, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (Jatim).

"Karena itu, kami mengajari warga Tengger dari Desa Ngadas untuk belajar membatik," kata Ketua LPPM Unair Dr Djoko Agus Purwanto Apt MSi di Surabaya, Selasa.

Menurut dia, pelatihan bagi 15 orang warga Tengger untuk belajar membatik di SMK 11 Siwalankerto, Surabaya itu merupakan kerja sama pertama antara Unair dengan SMK 11 Siwalankerto.

"Itu merupakan wujud kepedulian Unair terhadap para korban erupsi Gunung Bromo. Unair tergerak untuk menghidupkan kembali perekonomian warga yang sempat lumpuh akibat bencana," katanya.

Ia menilai pelatihan belajar membatik itu mempunyai prospek cerah untuk membangun kembali perekonomian warga Tengger.

"Karena itu kami akan terus memantau perkembangan kreasi batik dan mendukung pemasarannya sampai warga benar-benar bisa mandiri," katanya.

Sebagai salah satu strategi pemasaran, katanya, Camat Sukapura akan mewajibkan seluruh hotel di sekitar wilayah wisata Bromo untuk memajang hiasan dinding berupa batik tulis dan cenderamata buatan warga Tengger khas Bromo.

"Kalau desainnya sudah berkembang hingga diterima masyakarat dan sudah bisa mendatangkan uang bagi warga di sana, maka desain batik tersebut akan kami bawa ke Sentral HAKI Unair untuk dipatenkan menjadi batik khas Tengger," ujarnya.

Di Surabaya selama beberapa hari, para warga Desa Ngadas bersama enam peserta lain dari Surabaya belajar teknik dasar pembuatan batik tulis dan merangkai aksesoris ataupun pernak-pernik dari kain perca (kain sisa).

"Para peserta yang datang dari Surabaya adalah anak panti asuhan dan sebagian lain adalah para penyandang tuna daksa," katanya.

Menurut salah seorang peserta pelatihan, Heru Sulistiyawan, yang merupakan penyandang tuna daksa asal Surabaya itu, dirinya memang sengaja mengusung variabel gambar khas Bromo.

"Seperti kuda, kupu-kupu, wortel, Gunung Bromo, dan bunga Edelweiss yang menjadi ciri kuat kebudayaan di sana," katanya.

Terpilihnya SMK 11 Siwalankerto sebagai tempat berlangsungnya pelatihan membatik tentu bukan tanpa alasan.

"SMK 11 Siwalankerto menjadi lokasi berlangsungnya kegiatan pelatihan karena memiliki fasilitas dan tempat khusus untuk belajar membatik," kata guru SMK 11 Siwalankerto, Dra Umi Badriyah MT.(*)
(T.E011/S019)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011