Jakarta (ANTARA News) - Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi dan PR Heru Lelono mengatakan SMS yang beredar yang isinya menfitnah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bukan SMS gelap.

"SMS yang beredar, khususnya yang memfitnah pribadi SBY, saya katakan bukan SMS gelap. Pasti ada yang melakukan dengan sengaja. Hanya harapan yang bisa saya utarakan, agar pelakunya terungkap," kata Heru Lelono kepada antaranews.com, Jakarta, Minggu.

Ia menyebutkan, pihak-pihak yang menumpangi kasus ini untuk kepentingan sesaat, apalagi sampai memfitnah SBY secara pribadi merupakan ketidaketisan politik.

Ia juga menghimbau kepada Partai Demokrat, jika mau menegakkan harga diri partai, tegakkanlah kebenaran.

"SBY sudah mengatakan, hukum tidak boleh pandang bulu. Kalau ada oknum melanggar hukum di jajaran Partai Demokrat, itu sama artinya dengan bentuk ketidakloyalan kepada SBY. Kalau jajaran Demokrat loyal, seharusnya mereka mendukung tugas SBY sebagai Presiden, dengan berbuat kebaikan. Jangan malah menjadi beban SBY, yang saya kenal benar sampai detik ini tidak memiliki sikap pribadi yang menyimpang, kecuali untuk menjalankan amanah rakyat," kata Heru.

Ia menambahkan, seluruh kader Partai Demokrat harus menjadikan hukum sebagai panglima sebagaimana yang selalu disampaikan SBY.

"Jangan sikap santun SBY disalahartikan atau malah disalah gunakan, sehingga menyulitkan tugas beliau," ujar Heru.

Heru menilai, kasus mantan Bendahara Umum PD Muhammad Nazarudin semakin hari semakin tak jelas.

"Saya menilai semakin hari semakin tidak rasional. Nazar memang bisa dikatakan orang politik. Namun menggunakan kasus orang politik untuk kepentingan dan ambisi kelompok tertentu dengan itu, tidak etis," katanya.

Dirinya dan juga masyarakat Indonesia yang mayoritas pemilih SBY pada 2004 dan 2009, sangat terganggu dengan ulah Nazaruddin tersebut.

Karena kasus seorang Nazaruddin, yang mungkin saat orang seperti dirinya dimasa lalu mengharapkan SBY menjadi pemimpin, yang bersangkutan belum ikut berperan langsung.

"Bertambah dengan adanya SMS yang salah satunya memfitnah pribadi SBY, membuat kami geram. Orang boleh tidak suka SBY sebagai pribadi. Namun bila bicara berbangsa dengan demokrasinya, SBY adalah Presiden RI yang dipilih rakyat. Sebesar apapun ketidaksempurnaan SBY di mata oposisi, beliau adalah Presiden RI. Kalau tidak setuju, pilih orang lain dalam Pemilu. Orang boleh saja menilai saya pembela pribadi SBY. Namun itulah komitmen yang saya pahami. Bukan berarti saya membela ketidakbenaran," kata Heru.

SBY sebagai Presiden, lanjutnya, tidak boleh terganggu konsentrasinya dalam memimpin rakyat hanya oleh keruwetan partai politik apapun.

"Kalau kasus Nazaruddin adalah kasus hukum, selesaikan secara hukum," sebut dia.(*)
(Zul)

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011