Jakarta (ANTARA News) - Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) menilai putusan hukum yang mengharuskan pengungkapan nama produk pada rancang penelitian Enterobacter sakazakii oleh peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) perlu ditinjau kembali.

"Hal ini perlu, terutama karena putusan tersebut dapat menjadi preseden tidak baik di masa depan dan berdampak negatif terhadap perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia," kata Ketua AIPI Prof Dr Sangkot Marzuki.

AIPI, ujarnya, sudah membahasnya pada 3 Mei lalu dan berpendapat bahwa pengumuman informasi rancang penelitian perburuan kuman dalam konteks uji keamanan produk, bertentangan dengan kaidah yang menjadi pedoman tindak laku seorang ilmuwan.

"Kami menemukan bahwa rangkaian penelitian E. sakazakii di IPB dilakukan sebagai upaya perburuan kuman, dan oleh karena itu secara mendasar dirancang untuk mengoptimalisasi terisolasinya E. sakazakii," katanya.

Rancang perburuan kuman, tegasnya, sangat berbeda dengan rancang uji keamanan produk; oleh karena itu hasil penelitian perburuan kuman tidak dapat digunakan sebagai dasar pemikiran yang terkait dengan pengujian keamanan produk .

"Pengungkapan informasi rancang penelitian perburuan kuman yang disalahartikan sebagai uji keamanan produk akan menyesatkan masyarakat umum. Dari segi kesehatan masyarakat informasi tersebut kemungkinan besar akan disalahartikan sebagai pedoman aman atau tidak amannya suatu produk," katanya.

Karena itu AIPI prihatin bahwa penelitan ini telah menyebabkan benturan pendapat, yang berawal dari kekurangpahaman sebagian masyarakat terhadap kaidah tindak ilmiah, akan tetapi telah bermuara pada suatu proses hukum, ujarnya.

"Terutama karena proses tersebut menghasilkan putusan yang mengharuskan ilmuwan membuka rancang penelitiannya, padahal ini dapat menyesatkan masyarakat," katanya.

Menurut dia, kejadian berawal dari penelitian untuk menentukan keberadaan kuman penyebab penyakit, terutama penyebab infeksi usus Salmonella dan Shigella, pada susu formula di Indonesia. Kedua kuman penyebab penyakit tersebut tidak ditemukan, akan tetapi terdeteksi adanya E. sakazakii.

Isolasi E. sakazakii, lanjut dia, merupakan penelitian garis depan tentang kemungkinan bahwa kuman tersebut dapat menyebabkan penyakit, terutama pada bayi.sesuai dengan kecurigaan dunia ilmiah saat itu dan imbauan FAO dan WHO pada 2004 agar kemungkinan tersebut diteliti.

"Itulah mengapa ada usaha perburuan kuman di IPB untuk mendapatkan isolat E. sakazakii dari susu formula. Sesuai tujuan, isolat E. sakazakii itu telah digunakan dalam penelitian pembuktian hubungan kuman dan penyakit, dengan menggunakan mencit baru lahir dan memberikan bukti bahwa kuman ini dapat menyebabkan infeksi," katanya.

Perbedaan pendapat antara ilmuwan dan sebagian masyarakat mengenai makna penelitian terjadi karena munculnya pemberitaan awam dengan penekanan yang kurang benar, lalu meluas. Hal ini, ujar dia, berbeda dengan publikasi ilmiah.

"Soal publikasi ilmiah ini, peneliti terkait telah secara berkesinambungan mempublikasikan penemuan E. sakazakii tersebut melalui media ilmiah yang benar dan teruji," tegasnya.
(D009)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011