PBB (ANTARA News) - Misi PBB di Norwegia, Uruguay dan Thailand memulai upaya pada Selasa (31/5) --Hari Tanpa Tembakau Dunia-- untuk mendukung usaha pengendalian tembakau oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Kebanyakan orang yang tewas akibat menggunakan tembakau tinggal di negara tempat harga rokok sama dengan harga satu bungkus permen karet," kata penyelenggara kegiatan itu dalam suatu taklimat di Markas PBB di New York, Amerika Serikat.

"Di banyak negara, peningkatan kecil akan berarti prestasi yang sangat besar dalam kehidupan manusia dan banyak uang diselamatkan," katanya.

Kegiatan tersebut dipusatkan pada penggunaan tembakau sebagai penyebab utama penyakit yang tidak menular dan mendorong diadakannya Pertemuan Tingkat Tinggi PBB mengenai Penyakit Yang Tidak Menular pada September.

Lebih dari 170 negara --dari 192 negara anggota PBB-- telah mensahkan Konvensi Kerangka Kerja WHO mengenai Pengendalian Tembakau, "tapi penerapannya tak merata", kata ketiga negara tersebut. "Di banyak negara, pengenaan pajak atas tembakau adalah sumber penghasilan masyarakat yang kurang dimanfaatkan."

Komisaris New York City untuk PBB Marjorie Tiven mengatakan larangan merokok baru diterapkan pekan sebelumnya untuk taman, pantai dan pertokoan kaki lima di kota itu, seperti Times Square, yang baru dibuka.

Ia mengatakan sejak 2002, ketika peraturan yang melarang orang merokok di semua tempat kerja --termasuk di bar dan restoran-- diberlakukan, kegiatan merokok telah anjlok 27 persen dan angka kematian akibat penyakit yang berkaitan dengan rokok turun 17 persen.

Di New York City, rata-rata harga satu pak rokok dengan isi 20 batang lebih dari 11 dolar AS, kata Tiven.

Dr. Prabhat Jha, Profesor di University of Toronto (Kanada) mengatakan salah satu kesimpulan dalam penelitian utamanya ialah "peran paling penting bagi pemerintah ... ialah menangani masalah tembakau secara sungguh-sungguh sebagai penyebab utama kematian dan penyebab besar kemiskinan".

Yang kedua ialah bukan cuma penting untuk mencegah anak-anak menjadi perokok tapi "juga membuat dua miliar perokok saat ini di dunia berhenti merokok", katanya.

"Yang ketiga adalah pajak. Pelipatgandaan pajak di seluruh dunia akan mengurangi konsumsi sampai sepertiga dan barangkali bisa menyelamatkan sebanyak 100 juta jiwa selama beberapa dasawarsa ke depan."

Pengenaan pajak terutama efektif di kalangan orang miskin dan kaum muda sebab mereka "bereaksi lebih kuat terhadap harga yang lebih tinggi karena alasan ekonomi", kata Jha.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011