Jenin, Tepi Barat (ANTARA News) - Arifa Malaysha, perempuan berumur 70 tahun, tidak peduli sama sekali duduk di bangku bersama dengan teman-teman sekelasnya yang usianya tidak lebih dari tujuh tahun di sebuah sekolah di Desa Jaba di Tepi Barat utara.

Keriput puluhan tahun di wajah Malaysha dan tangan yang tak pernah berhenti bergerak tidak menghentikan ambisinya untuk belajar membaca dan menulis karena ia tak pernah bersekolah demi menjaga dagangan roti keluarganya.

"Saya tidak beruntung kehilangan pendidikan saya ketika saya masih muda karena kondisi kehidupan keras, saya tidak pernah bersekolah. Pikiran untuk pergi ke sekolah, bahkan setelah saya menjadi sangat tua tak pernah berhenti, saya ingin mengimbangi diri dan mendapatkan pendidikan saya lagi," kata Malaysha seperti dikutip Xinhua.

Sebelum resmi bergabung dengan kelasnya, Malaysha berguru keaksaraan di sebuah sekolah di desa di dekat Jenin, di utara Tepi Barat selama tiga tahun.

"Saya sangat senang ketika sekolah melek huruf diresmikan di desa kami bagi perempuan, untuk belajar bagaimana membaca dan menulis. Saya tidak bisa percaya bahwa suatu hari saya akan mampu membaca dan menulis seperti orang-orang terpelajar lainnya," kata Malaysha.

Dengan mengumbar bangga, dia berkata "Saya berhasil mempelajari huruf Arab dan cara membaca dan menulis dalam waktu dua bulan saja," seraya menambahkan dia kini juga tahu matematika dasar dan geometri.

Biro Pusat Statistik Palestina (PSBC) mengatakan bahwa tingkat buta huruf di wilayah Palestina turun dari 13,9 persen pada tahun 1997 menjadi 5,4 persen pada 2009.

Setelah sekolah keaksaraan, Malaysha memutuskan bergabung dengan sekolah biasa dan tidak pernah merasa malu duduk bersama dengan gadis tujuh tahun yang seusia cucunya, dalam rangka melanjutkan pendidikannya.

"Saya adalah wanita pertama di desa yang memiliki inisiatif untuk mendaftar di sekolah resmi karena saya selalu haus untuk pendidikan."

Para siswi, tinggal di rumah miskin kecil di puncak gunung Debroon di desa yang menggantungkan hidupnya pada pembuatan guci gerabah.

"Jika saya pergi ke sekolah ketika saya masih muda dan memenangkan sertifikat universitas, hidup saya tidak akan seperti itu," kata Malaysha.

Malaysha mengatakan usia tidak pernah menjadi kendala bagi pendidikan. "Pria, wanita dan anak-anak selalu harus terus belajar karena pendidikan meningkatkan kami untuk kehidupan yang lebih baik," katanya.

Dalam cahaya lentera kecil, wanita yang kuat-pikiran itu terus menulis dan menulis dengan pensil, "Saya hanya ingin belajar secepat mungkin," kata Malaysha yang bercita-cita mempelajari sejarah Palestina untuk memberitahu anak-anak di desanya tentang hal itu.(*)

H-AK/H-RN

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011