Indramayu (ANTARA News) - Pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Panji Gumilang menyatakan, optimistis Universitas Al Zaytun yang sudah diusulkan sejak 2005 akan segera terwujud.

"Kami optimistis. Hidup ini `kan harus selalu optimistis," katanya kepada pers di Ma`had Al Zaytun di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa, di sela-sela kunjungan Gubernur Ahmad Heryawan dan Pangdam Siliwangi Mayjen Moeldoko di pesantren itu.

Heryawan dan Moeldoko berkunjung terkait kegiatan pembukaan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) yang diikuti sekitar 400 peserta santri pesantren itu.

Panji Gumilang mengatakan, Universitas Al Zaytun sudah dipersiapkan sejak 2005. Pihaknya juga sudah mempersiapkan berbagai sarana pendidikan dan laboratorium.

Di pesantren modern yang mendidik siswa setingkat SD hingga SMA itu sudah disiapkan laboratorium untuk percobaan berbagai ilmu, antara lain, fakultas teknik, pertanian dan perikanan.

"Tinggal menunggu izin dari kementerian. Ya kami optimis saja segera ditandatangani izinnya," katanya.

Sejauh ini, kata Panji Gumilang, pihaknya tetap berpikir positif. "Selalu berpikiran positif. Itu sikap kami," katanya.

Pondok Pesantren Al Zaytun dikelola Yayasan Pondok Pesantren Indonesia. Sekretaris yayasan tersebut, Halim menjelaskan, pihaknya sangat menanti izin pendirian universitas dari menteri pendidikan. Berbagai persyaratan sudah dipenuhi.

Hanya saja, dalam beberapa kali pihaknya menanyakan perkembangan izin dari menteri, ada aturan-aturan baru mengenai persyaratan mendirikan perguruan tinggi. Ketika Al Zaitun sudah mampu memenuhi persyaratan, ada lagi aturan baru mengenai syarat mendirikan perguruan tinggi.

"Tetapi persyaratan baru itu berlaku umum, bukan hanya untuk kami. Hal itu terlihat saat kami menanyakan ke kantor menteri, sering bertemu pihak-pihak yang juga ingin menanyakan izin," katanya.

Saat ini, kata dia, salah satu persyaratan itu adalah perbandingan dalam program studi, yaitu 60 persen eksakta dan 40 persen sosial. Dalam hal ini, pihaknya sudah siap dengan sarana dan prasarana.

Saat ini sekitar 7.000 santri menimba ilmu di pesantren terpadu dengan visi dan misi sebagai "Pusat Pendidikan dan Pengembangan Budaya Toleransi dan Pengembangan Budaya Perdamaian" itu. Santri berasal dari berbagai daerah di Indonesia serta luar negeri, seperti Malaysia, Singapura, Timor Leste dan Afrika Selatan.

Biaya pendidikan untuk tingkat SD sebesar 3.500 dolar AS.
(ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011