Malabo (ANTARA News/AFP) - Para pemimpin Afrika prihatin terhadap pengiriman senjata Prancis kepada pemberontak Libya, khawatir senjata itu bisa jatuh ke tangan teroris, kata seorang pejabat tinggi.

Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dua hari Uni Afrika (AU) di Malabo mulai Kamis, Ketua Komisi Uni Afrika Juan Ping tidak mengecam Prancis langsung tetapi mengatakan, ia khawatir dengan proliferasi senjata.

Prancis mengakui pada Rabu bahwa mereka telah mulai menjatuhkan senjata kepada para pemberontak di Libya, sementara sekutu NATO Inggris mengatakan tidak akan mengikuti karena ada kekhawatiran tentang otorisasi Dewan Keamanan PBB.

"Apa yang kami khawatirkan adalah bukan siapa memberi apa," kata Ping Rabu malam.

"Kekhawatiran itu sederhana bahwa senjata tersebut diberikan oleh semua pihak untuk semua pihak lain. Senjata-senjata itu bisa saja mencapai Al-Qaida, pengedar dan pedagang narkoba. Mereka akan gunakan untuk mengacaukan negara-negara Afrika dan menculik wisatawan-wisatawan kepada siapa anda membayar uang tebusan."

Dia mengatakan, pengiriman senjata bisa menjadi bumerang pada pemerintah yang memasok mereka.

"Jika senjata itu ditemukan di padang pasir itu adalah masalah untuk semua orang, untuk anda (Barat) juga. Orang-orang yang diculik (oleh teroris) umumnya orang Barat," kata Ping.

Al-Qaida di Islam Magrebi, organisasi teror cabang Afrika Utara, telah menahan empat sandera Prancis sejak September tahun lalu, serta perempuan Italia yang diculik pada Februari.

Dua wartawan Prancis yang ditahan selama 18 bulan di Afghanistan tiba di Prancis pada Kamis, setelah mereka dibebaskan oleh penculik Taliban mereka.(*)

(Uu.H-AK/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011