Almaty (ANTARA News/Xinhua-0ANA) - Organisasi Konferensi Islam (OKI) menginginkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengakui status kedaulatan Palestina, kata Sekjen OKI pada Kamis.

"Palestina adalah masalah kunci di dalam agenda. Semua delegasi menyatakan dukungan untuk proses perdamaian, kembalinya hak-hak dan tanah kepada rakyat Palestina dan pembentukan negara Palestina merdeka dengan ibu kota di Yerusalem Timur," kata Ekmeleddin Ihsanoglu kepada wartawan di Astana setelah sidang ke-38 Dewan Menteri Luar Negeri OKI.

"Kami juga mengakui kemungkinan dan perlunya penyelesaian masalah perbatasan 4 Juni 1967, dan kemampuan Palestina untuk bergabung dengan PBB sebagai anggota penuh," katanya menambahkan.

Majelis Umum PBB dapat mempertimbangkan pengakuan negara Palestina merdeka dan berdaulat pada sidang umum September depan jika Palestina mengajukan usulan terkait.

Beberapa hari sebelumnya di Ramallah, para pemimpin Palestina menegaskan bahwa pihaknya akan mencari pengakuan negara Palestina dari PBB pada September depan.

Keputusan itu diambil selama pertemuan yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas di Ramallah, meski ditentang oleh Amerika Serikat dan Israel.

Palestina ingin mendeklarasikan negara mereka di tanah yang diduduki Israel pada tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur sebagai ibu kota.

Anggota Komite Eksekutif PLO, Yasser Abed Rabbo mengatakan keputusan PBB seharusnya setuju dengan resolusi-resolusi internasional tentang Palestina dan hak bangsa-bangsa `dalam penentuan nasib sendiri`.

Para anggota Komite Eksekutif dan anggota Komite Sentral Fatah Abbas ikut berpartisipasi dalam rapat tersebut.

Satu pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan mengatakan bahwa pengakuan kepada negara Palestina membantu membuat perdamaian abadi dan komprehensif, di mana kehidupan negara Palestina berlangsung damai dengan tetangga-tetangganya.

Pernyataan menyerukan masyarakat internasional dan negara-negara Arab untuk mendukung Palestina dalam upaya mereka memenangkan pengakuan tersebut.

Pada awal pertemuan, Abbas mengatakan bahwa masalah pengakuan sangat penting karena pembicaraan damai dengan Israel telah berhenti tahun lalu, disebabkan Israel bersikeras untuk terus membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat, wilayah Palestina yang mereka duduki.(*)

(Uu.H-AK/H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011