Bagan, Myanmar (ANTARA News/AFP) - Ikon demokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi Selasa menyambut hasil pemilu Thailand, yang membuka jalan bagi Yingluck Shinawatra untuk menjadi wanita perdana menteri pertama negara itu.

"Saya suka karena dia seorang wanita, tetapi hal yang paling penting adalah hubungan antara kedua negara dan rakyat kita," kata Suu Kyi kepada para wartawan pada hari kedua kunjungannya ke kota kuil kuno Bagan di Myanmar tengah.

"Kami juga harus menyambut pemerintahan yang dipilih secara demokratis oleh rakyatnya itu," katanya.

Dia juga menyatakan harapan bahwa hubungan dengan Thailand akan tetap kuat di bawah pemerintahan Yingluck yang berumur 44 tahun itu.

Partai Puea Thai Yingluck, yang bersekutu dengan Thaksin Shinawatra, kakaknya yang mantan perdana menteri digulingkan dalam kudeta lima tahun lalu, meraih kemenangan besar pada pemilu Minggu,
sehingga mencapai mayoritas suara pada kursi majelis rendah Thailand.

Sementara itu, partai oposisi Suu Kyi sendiri memenangkan pemilu di Myanmar secara besar-besaran pada 1990, namun junta militer tidak pernah mengizinkan untuk mengambil kekuasaan, dan dia telah menghabiskan banyak waktu dari dua dekade terakhir dalam penjara atau tahanan rumah.

Pemenang Nobel Perdamaian berusia 66 tahun itu dikesampingkan pada pemilihan pertama yang diselenggarakan sejak itu, dan pada November tahun lalu partainya dibubarkan oleh para jenderal karena memboikot pemilu.

Wakil politik junta mengaku menang besar dalam pemilu itu, yang dirusak oleh keluhan luas kecurangan dan intimidasi.

Suu Kyi kini sedang melakukan perjalanan pertamanya ke luar Yangon sejak dibebaskan dari tahanan rumah bertahun-tahun, beberapa hari setelah pemilu dan tidak pada melakukan agenda politik.

Tapi, liburan tokoh terkemuka itu dipandang sebagai ujian kemampuan untuk bepergian bebas di seluruh negeri, meski tetap di bawah pengawasan rezim.
(Uu.H-AK/S004)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011