Sana`a (ANTARA News) - Para pemimpin oposisi Yaman, melalui media massa, Kamis malam (7/7), berkeras menuntut peralihan kekuasaan secara damai dan mulus, setelah Presiden Ali Abdullah Saleh menyampaikan pidato pertamanya melalui TV sejak ia cedera dan dibawa melalui udara ke Arab Saudi untuk menjalani pengobatan.

"Kami tetap berpegang pada peralihan kekuasaan secara damai dan kami menuntut Presiden Saleh menyediakan bantuan bagi peralihan kekuasaan secara damai," kata anggota kelompok oposisi Dewan Tinggi Partai Pertemuan Gabungan (JMP, Hasan Zaid.

Seorang lagi pejabat senior JMP Ahmedal-Mansour, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan, "Kami di kubu oposisi, JMP, berharap Saleh akan segera mengumumkan penyelesaian mendesak guna mengakhiri kebuntuan politik yang berkepanjangan ini."

Di dalam pidatonya, Saleh menyambut baik kemitraan oposisi dalam kerangka kerja undang-undang dasar Yaman dan berjanji akan segera pulang untuk memimpin pemerintahan.

Kemunculan presiden yang berusia 69 tahun tersebut di TV tampaknya mengecewakan para penentangnya, yang telah mendesak dilakukannya pembentukan dewan pemerintah peralihan pasca-Saleh. Sementara itu, media oposisi terus mempropagandakan Saleh takkan pulang dan tak bisa memerintah negara tersebut akibat luka parah yang dideritanya.

Saleh, yang telah menghadapi enam bulan protes guna menuntut segera diakhirinya 33 tahun kekuasaannya, melanjutkan kebijakannya yang berbenturan dengan para penentangnya.

Ia menginstruksikan pemerintahnya awal pekan ini untuk memulai dialog mengenai peralihan kekuasaan dengan oposisi sesuai dengan gagasan yang diperantarai Dewan Kerja Sama Teluk, tapi tidak menyebut-nyebut pengalihan kekuasaan apa pun di dalam pidatonya Kamis.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011