Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, Marzuki Alie, mengatakan bahwa tidak ada keinginannya untuk "menuai air keruh" atas kisruh yang terjadi di tubuh partainya.

Menurut Marzuki kepada pers di Jakarta, Minggu, pengiriman sistem layanan pesan singkat (short message system/SMS) kepada dewan pembina dan dewan kehormatan partai terkait masalah internal adalah sesuai dengan aturan yang ada di Partai Demokrat.

Dia juga sudah mengomunikasikan soal SMS-nya itu dengan seluruh elit Partai Demokrat (PD), termasuk dengan Sekretaris Dewan Kehormatan, Amir Syamsudin, dan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.

"SMS saya ini berawal dari banyaknya SMS yang masuk kepada saya dari kader-kader PD yang resah melihat kondisi di internal PD. Saya komunikasikan hal ini pada Sekretaris Dewan Kehormatan Amir Syamudin untuk menyampaikan hal ini pada rapat dewan kehormatan," katanya.

"Namun, Amir mengatakan, tidak enak, biar saya saja katanya yang menyampaikan. Saya pun kemudian mengirimkan SMS tersebut kepada Ketua Dewan Pembina, SBY," ujar Marzuki.

Marzuki kemudian menyampaikan hal ini pada Sekretaris Dewan Pembina, Andi Malarangeng, dan segera akan diadakan pertemuan untuk membicarakan hal ini. Namun, pertemuan itu tidak terlaksana karena Andi mau berangkat ke Palembang terkait dengan pelaksanaan SEA Games.

Ketika Andi pulang, Marzuki kemudian yang harus berangkat ke Rusia untuk memenuhi undangan Parlemen Rusia. Ketika di Rusia itulah semakin banyak SMS yang masuk karena sebuah acara dialog di salah satu stasiun televisi dimana kader-kader PD saling serang menyerang kepadanya.

Dia kemudian berinisiatif untuk mengirimkan SMS kepada Ketua Dewan Pembina (Wanbin), Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan seluruh anggota-anggotanya yang bermaksud melanjutkan rencana rapat.

"Makanya, saya tembuskan SMS itu ke semua anggota dewan pembina dan bukan ke Ketua Wanbin saja untuk segera diambil tindakan kepada kader-kader yang membandel yang tidak menghiraukan keputusan dan instruksi pimpinan yang dikeluarkan ketua umum untuk tidak saling serang antarkader," katanya.

Kader, menurut dia, tidak boleh lagi bicara berkaitan dengan hal itu dan hanya boleh bicara mengenai proses pekerjaan. Instruksi yang tidak didengar inilah yang harus ditindaklanjuti, ujarnya.

"Kalau berdebat terus, artinya kan tidak didengar instruksi itu kan," katanya.

Proses seperti itu, menurut Marzuki, sudah dijalankannya sejak tahun 2003, dan bukan hal yang aneh dilakukan di internal PD. Dia juga menegaskan bahwa sudah mengomunikasikan SMS tersebut dengan Anas Urbaningrum selaku ketua umum, dan tidak ada masalah.

"Kalau saya mau bicara dengan Ketua Wanbin langsung, saya bisa dan biasa berkomunikasi melalui lewat SMS. Saya melakukan ini menurut aturan organisasi, dan bukan karena kepentingan pribadi," katanya.

"Saya tidak mau juga berprasangka buruk kepada orang yang menyebar SMS, yang sebenarnya adalah masalah internal, mungkin karena agar semua sadar akan kondisi ini," katanya.

Dia juga menjelaskan, kepemimpinan yang dimaksudkan tidak efektif bukanlah ketua umum semata karena kepemimpinan di PD adalah kolektif kolegial dan oleh karenanya maksudnya itu adalah seluruh pimpinan PD.

"Kalau kepemimpinan yang dimaksudkan kolektif kolegial itu tidak efektif maka perlu ada langkah dan tindakan yang harus dilakukan ketua dewan pembina," katanya.

Oleh karena itu, dia mengemukakan, mengirim SMS ke Ketua Wanbin dan seluruh anggota Wanbin untuk mengambil tindakan. "Jadi, sangat tidak benar jika ada pengamat yang tidak tahu masalah dan tidak tahu bagaimana aturan di PD sebenarnya kemudian bercuap-cuap mengatakan saya memancing di air keruh," katanya.

Dia justru balik mempertanyakan atas dasar apa pengamat politik, seperti Burhanudin Muchtadi dan Yunarto Wijaya, yang tidak paham mengenai managerial partai dan aturan partai menganggapnya memancing di air keruh.

"Saya demi Allah sudah cukup dengan yang saya raih hari ini dan tidak perlu lagi apa-apa. Ini ada apa kok pengamat yang tidak tahu apa-apa menyerang saya? Gunakanlah etika kalau mau menyerang," katanya.

Dia juga mengaku heran dengan pernyataan para pengamat tersebut yang justru menyerang dirinya yang ingin menyelamatkan partai.

"Saya ini apa ya, main-main APBN saja tidak pernah, padahal kasus ini berawal dari tudingan adanya permainan APBN, tapi kok saya yang diserang oleh pengamat-pengamat ini?," katanya

Dia mengingatkan, agar jangan bicara kalau memang ada kepenting tertentu. "Kalau saya yang bermain, pasti Nazaruddin bicara, tapi karena saya tidak pernah main APBN, makanya tidak ada tudingan itu mengarah ke saya," katanya.

Marzuki juga mengimbau kepada kader-kader PD seperti, Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Johny Allen dan sebagainya untuk tidak bermain dengan APBN.

"Tanya saja kepada mereka semua yang saya nasehati itu. Saya katakan sekitar tiga bulan yang lalu kepada mereka jangan main di banggar dan APBN, malu kita kalau terbuka ke publik. Ini sebelum kasus-kasus meledak ya," katanya.

Marzuki kemudian mengatakan, semua ini sifatnya bukan menuding, tapi mengingatkan kalau tidak ada yah bagus, kalau ada yah sifatnya mengingatkan. "Ini sekali lagi, bukan berarti teman-teman bermain," demikian Marzuki Alie.
(T.S023/S019)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011