RI mengucapkan selamat kepada Sudan Selatan atas proklamasi kemerdekaannya dan kita akan menjalin hubungan persahabatan dengan negara termuda itu.
Kairo (ANTARA News) - Republik Indonesia (RI) telah menyatakan pengakuannya terhadap kemerdekaan Republik Sudan Selatan yang diproklamirkan di ibu kota Sudan Selatan, Juba, pada 9 Juli, akhir pekan lalu.

"Sebagai negara yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, RI mengucapkan selamat kepada Sudan Selatan atas proklamasi kemerdekaannya dan kita akan menjalin hubungan persahabatan dengan negara termuda itu," kata Duta Besar RI untuk Sudan dan Eritrea, Dr. Sujatmiko, kepada ANTARA, di Kairo, Senin.

Menurut Dubes Sujatmiko, pengakuan RI terhadap kemerdekaan Sudan Selatan tersebut berlandaskan pada tiga alasan.

Pertama, selain Indonesia, tidak kurang dari 17 kepala negara, lebih dari 30 pejabat setingkat menteri, dan puluhan Dubes asing yang terakreditasi di Sudan, serta pimpinan sejumlah organisasi internasional dan regional termasuk PBB, Uni Eropa, Liga Arab dan Uni Afrika, hadir dalam proklamasi tersebut.

Kedua, Sekretatis Jenderal PBB, Ban Ki-moon dan Presiden Majelis Umum PBB dalam sambutannya terkait proklamasi itu menyatakan bahwa dalam waktu dekat, negara itu akan langsung diterima menjadi Negara anggota PBB yang ke 194.

Ketiga, Sudan Utara sendiri telah mengakui kemerdekaan bekas wilayahnya tersebut dengan kehadiran Presiden Sudan Omer Hassan Ahmed El-Bashir dan sejumlah menteri dari Sudan Utara pada acara dimaksud.

"Ini menunjukkan betapa luasnya dukungan internasional atas kelahiran negara ke-54 di Afrika tersebut," tegas Sujatmiko.

Dalam kaitannya dengan kepentingan RI, Sujatmiko berharap ke depan akan terbangun suatu kerja sama bilateral di segala bidang yang saling menguntungkan dengan Sudan Selatan.

"RI dan Sudan Selatan memiliki potensi yang sangat besar untuk kerja sama di berbagai bidang baik ekonomi dan perdagangan maupun politik, sosial, dan kebudayaan," kata dia.

Ia menambahkan, "Indonesia punya keahlian dan pengalaman dalam bidang pertanian, perminyakan dan demokrasi sehingga bisa berbagi dengan pemerintah dan rakyat negara termuda itu."

Pelaksana Fungsi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan KBRI Khartoum, Muhammad Syafri, menjelaskan bahwa Sudan Selatan resmi menjadi negara baru pada 9 Juli 2011 dengan dibacakannya teks proklamasi oleh Ketua Parlemen Sudan Selatan, James Wani Igga.

"Ratusan ribu warga menjadi saksi lahirnya negara baru tersebut. Mereka datang dari berbagai tempat dan berkumpul di pemakaman John Garang, pahlawan negara baru itu. Teriakan histeris dan nyanyian kebahagian diluapkan secara bersamaan hampir sepanjang acara dari pagi hingga sore di tengah sengatan matahari dan cuaca yang kurang bersahabat," katanya.

Sementara itu, presiden pertama Sudan Selatan, Salva Kiir, disumpah secara resmi pada acara tersebut oleh Ketua Parlemen Sudan Selatan.
(M043)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011