Silaturahmi seni budaya ini mudah-mudahan menginspirasi pencipta karya seni maupun penikmatnya.
Semarapura (ANTARA News) - Sebanyak 13 seniman dari empat negara, menampilkan tari kontemporer dalam sebuah acara seni pertunjukan keliling bertajuk "In The Arts Island 2011", di Studio Suklu, Banjar Lepang, Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Bali, Selasa.

Ketigabelas seniman tersebut adalah Ronnarang Khampha (Thailand), Yumi Umiumare, Tonny Yap, Ida Lawrence, Revati Ilanko (Australia), Kuan Nam (Malaysia), Agung Gunawan, I Nyoman Sura, Iwan Darmawan, Memet Chairul Slamet, Gita Purnama Kinanthi, Bagus Budi Indarto, dan Agus Riyanto (Indonesia).

Acara itu difasilitasi oleh Djagad Art House, sebuah lembaga seni yang selalu mengajak keterlibatan masyarakat dalam proses berkesenian dan Studio Suklu milik perupa Wayan Sujana Suklu.

Direktur festival Agung Gunawan mengatakan, acara tersebut merupakan kelanjutan dari kegiatan serupa tahun lalu dan akan digelar di lima kota.

Setelah Bali, para seniman akan menggelar pertunjukan serupa di Blitar (15 Juli), Kediri (17 Juli), Malang (19 Juli), dan Batu (20 Juli). "Kami akan berinteraksi lebih dekat dengan penonton dan mengajak keterlibatan masyarakat di masing-masing daerah," kata Agung.

Menurut dia, festival itu merupakan sebuah gagasan dalam mengkolabrasikan beberapa tari kontemporer yang berasal dari seniman mancanegara untuk kemudian digabungkan dengan kesenian tradisi sebuah daerah tertentu di Indonesia. Langkah ini juga merupakan suatu tawaran untuk mendekatkan diri dengan para apresiator.

In The Arts Island Festival juga bekerja sama dengan kantong-kantong seni, yakni komunitas seni Candi Penataran Blitar, Candi Tegowangi Kabupaten Kediri, Situs Punden Malang, dan Gedung Kesenian Kota Batu.

Melalui kegiatan itu diharapkan menjadi ruang komunikasi interaktif visual, rasa, dan berdialog tentang karya seni dan lingkungan yang mempengaruhinya dengan berbagai komunitas masyarakat dari berbagai latar belakang seni dan budaya.

Sebagai tuan rumah, Suklu berharap hal itu dapat membuka dan menambah jaringan kesenian yang semula hanya melalui "networking" saja, bisa terwujud untuk berkolaborasi bersama, berbagi gagasan dalam berntuk sajian presentasi karya seni pertunjukan untuk semua.

"Silaturahmi seni budaya ini mudah-mudahan menginspirasi pencipta karya seni maupun penikmatnya," kata Suklu yang juga dosen ISI Denpasar.

Seperti festival tahun 2010, acara ini mengkolaborasikan tari kontemporer dari Indonesia, Australia dan Asia, yang dipilih dan mempertontonkan kelompok seni terbaik.

Mereka tampil dan berkolaborasi di beberapa daerah di Indonesia yang memiliki ruang-ruang eksotik dan apresiasi masyarakat yang beragam, agar menjadi inspirasi tersendiri dalam mencipta sebuah karya. "Ini menjadi daya tarik yang luar biasa di mana terjadi interaksi dan pemaknaan ruang yang bermacam-macam," tambah Agung.

Dia ingin menjadikan acara tersebut sebagai pengalaman kolaborasi yang berbeda di samping kolaborasi yang terjalin adalah dari mereka yang mempunyai latar belakang kesenian yang beragam.

Kolaborasi itu tidak semata berhenti pada ruang kreatif saja, melainkan memiliki pemaknaan yang lebih luas di mana meruang bersama para apresiator dan berinteraksi secara langsung dengan adanya dialog-dialog setelah pertunjukan berlangsung, tambahnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011