Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai sosok Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg), Sudi Silalahi, sebagai pribadi yang setia, tidak memiliki agenda tersembunyi dan bukan tipe "pembebek".

Dalam kata pengantar yang ditulisnya pada buku biografi Sudi Silalahi berjudul "Jenderal Batak dari Tanah Jawa", Presiden Yudhoyono menilai, dalam politik dan pemerintahan, kesetiaan sebagai elemen penting dari integritas seseorang adalah sungguh sangat penting.

"Mas Sudi bukan tipe `pembebek`, karena sesungguhnya juga seorang yang rasional. Oleh karena itu, ketika Mas Sudi sungguh meyakini bahwa keputusan, solusi dan kebijakan yang saya ambil dalam berbagai bidang adalah tepat dan realistis, maka tidak pernah saya lihat keraguan ataupun niat untuk tidak menjalankannya," tulis Yudhoyono.

Oarena itu, pria kelahiran Pacitan, Jawa Timur, pada 9 September 1949 itu menorehkan pendapat bahwa ada yang mengatakan bahwa Sudi Silalahi adalah "bemper"-nya SBY, bahkan ada juga yang salah melihat Sudi hanya Asal SBY Senang (ASS).

Menurut SBY, di samping pandangan itu keliru, juga menyakitkan.

Suami dari Kristina Herawati atau yang lebih dikenal dengan nama sapaan Ibu Ani Yudhoyono itu mengatakan, banyak saran Sudi Silalahi yang diperhatikan dan didengarnya.

Tetapi, lanjut dia, ketika keputusan sudah diambilnya, Sudi Silalahi tatkala menjabat sebagai Sekretaris Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Menko Polkam), Sekretaris Kabinet (Seskab) maupun sebagai Mensesneg, segera menjalankannya secara sepenuh hati.

Sebagai seorang menteri, Sudi dinilai SBY, sangat paham atas suatu masalah yang telah diputuskan Presiden dan selanjutnya mencari solusi yang dibutuhkan.

"Dalam menjalankan instruksi, keputusan dan kebijakan saya, Sudi tidak pernah menghitung untung-rugi, termasuk dari segi politik untuk dirinya. Ini sesungguhnya merupakan etika politik yang mesti dimiliki oleh siapapun yang menjadi pembantu Presiden," catat Yudhoyono.

Ketika ada pihak-pihak yang "menggoreng isu" di sana-sini dalam isu politik, Yudhoyono sering mengingatkan Sudi bahwa mereka sudah sama-sama tua, serta mendapat karunia Tuhan Allah untuk merasakan pahit-getir dan asam-garamnya kehidupan.

Oleh karena itu pula, baik Sudi maupun SBY merasa tidak perlu terlalu terganggu terhadap komentar dan ejekan dari pihak-pihak tertentu yang memang mudah berburuk sangka, atau bahkan merasa bahagia jika sudah berhasil menjelek-jelekkan orang lain.

"Kami berdua merasa memiliki idealisme, dan nice dream tentang negara ini. Kami, sebagaimana rakyat Indonesia, ingin betul negeri ini terus berkembang menjadi negara yang maju, modern, adil dan makmur. Kami tahu perjalanan ke arah itu akan sangat panjang, serta rintangan dan tantangannyapun amat berat. Tapi, kami merasa yakin, dengan ikhtiar dan pertolongan Allah kita akan sampai pada Indonesia yang kita cita-citakan itu," ujar lulusan terbaik Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri, kini Akademi Militer/Akmil) tahun 1973 itu.

Buku "Jenderal Batak di Tanah Jawa" diluncurkan Sudi Silalahi pada Sabtu (16/7) malam di kediaman dinasnya di kawasan Jalan Widya Chandra, Jakarta, bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke-62.
(T.A041/S004)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011