Moskow (ANTARA News/RIA Novosti) - Libya akan mendukung setiap bantuan Rusia dalam menengahi krisis secara damai di negara Afrika Utara itu, kata Menteri Luar Negeri Libya Abdul Ati al-Obeidi, Rabu.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dan al-Obeidi mengadakan pembicaraan di Moskow mengenai situasi di Libya saat ini, selain masalah Uni Afrika dan upaya mediasi PBB.

"Libya akan menyambut setiap peran Rusia dalam penyelesaian damai konflik Libya," kata al-Obeidi.

"Kami mengusulkan mencari solusi bersama-sama dapat diterima oleh semua orang Libya, termasuk oposisi di Benghazi."

Al-Obeidi juga mengatakan, Libya mendukung gagasan Uni Afrika tentang gencatan senjata dan pembicaraan dimulai antara pihak-pihak yang berlawanan.

Diplomat Libya itu mengatakan ia tidak pernah membicarakan dengan timpalannya dari Rusia itu mengenai masa depan pemimpin Libya Muammar Gaddafi dan kemungkinan pengunduran dirinya karena pembicaraan itu bukan tempatnya untuk membahas tentang isu tersebut.

Libya telah diguncang oleh pertempuran antara pasukan pro-dan anti-pemerintah sejak pertengahan Februari. Sebuah operasi militer internasional dimulai pada 19 Maret lalu setelah keluar resolusi PBB dan resolusi itu telah diperpanjang sampai September.

Resolusi 1970 Dewan Keamanan PBB, yang disahkan pada Februari, melarang negara-negara menyediakan segala jenis senjata kepada Libya.

Resolusi 1973, disahkan sebulan kemudian, memberikan wewenang kepada negara-negara "untuk mengambil semua langkah yang diperlukan" untuk membantu melindungi warga sipil Libya.

Prancis telah mengedrop senjata kepada pemberontak yang menguasai kota pelabuhan Benghazi melalui udara, yang dikecam para pemimpin Rusia sebagai melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB itu.

Para pemimpin juga mengkhawatirkan bahwa senjata-senjata yang didrop melalui udara itu jatuh ke tangan kelompok teroris.(*)

(Uu.H-AK/S004)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011