Jakarta (ANTARA News) - Karena perubahan iklim memiliki "dampak yang menyimpan potensi berjangkauan jauh terhadap kestabilan global", direktur pelaksana Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), Rabu (20/7), menyerukan reaksi kolektif dari masyarakat internasional dalam menilai dan menangani berbagai resiko.

Saat berpidato dalam perdebatan terbuka Dewan Keamanan (DK) PBB mengenai memelihara keamanan dan perdamaian internasional sehubungan dengan dampak perubahan iklim, Achim Steiner, Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan Direktur Pelaksana UNEP, menyoroti kaitan antara perubahan iklim dan keamanan.

"Nyaris tak ada keraguan hari ini bahwa perubahan iklim memiliki potensi dampak yang berjangkauan jauh bagi keamanan dan kestabilan global di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan hidup yang akan terus melampaui kemampuan setiap negara untuk menanganinya," kata Steiner.

Jalur pembangunan yang berkesinambungan masing-masing negara akan terus diramalkan berdasalkan kemampuan masyarakat internasional untuk bertindak secara kolektif, kata Steiner sebagaimana dikutip Xinhua, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.

"Ilmu pengetahuan memberitahu kita bahwa kuantitas dan kualitas sumber daya ini akan kian menghadapi resiko dari perubahan iklim dan dampaknya dan, tanpa tindakan kerja sama yang luas, titik yang tak dapat diubah dapat muncul berangkali secara mengejutkan dan tiba-tiba bagi semua masyarakat dan negara," kata Steiner.

Dalam meneliti kaitan antara perubahan iklim dan keamanan, ia memusatkan perhatian pada tiga bidang --bencana alam, kerawaran pangan dan konflik megnenai sumber daya.

Di bidang bencana alam, misalnya, ia mengatakan itu merupakan ancaman penting terhadap keamanan, serta terhadap kelangsungan hidup masa depan negara pulau kecil dan daerah pantai rendah.

Bencana alam menjadi tantangan terhadap keamanan pangan, kata Steiner, yang mengutip hilangnya tahan produktif akibat kenaikan permukaan air laut, kehancuran tanaman dan kerusakan jaringan distribusi pangan.

Dalam bidang persaingan mengenai lahan dan sumber air yang langka, kondisi itu ditambah parah oleh perubahan iklim regional dan menjadi faktor penting dalam konflik tingkat lokal seperti di Darfur, Sudan, dan di Republik Afrika Tengah (CAR), Kenya utara serta Chad, katanya.

"Dalam mewujudkan reaksi yang meningkatkan kerja sama dan keamanan global terhadap tantangan iklim, dunia barangkali juga dapat dengan lebih baik menangani resiko terhadap banyak tantangan lain. Dan dalam melakukan itu, dunia bisa menghilangkan ketegangan antar-bangsa dan meletakkan landasan serta kemungkinan bagi perdamaian yang pantas dan lebih berkesinambungan," katanya.(*)

(Uu.C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011