alam setahun tiga kali panen. Rata-rata usia panen, tiga bulan sepuluh hari,"
Palu (ANTARA News) - Mungkin belum banyak yang tahu, kalau buah anggur di Kota Palu, Sulawesi Tengah itu besar dan manis. Tentu saja buah anggur mengandung banyak manfaat bagi kesehatan dan menguntungkan secara ekonomi bagi pembudidayanya.

Jika berkunjung ke Palu, cobalah sesekali mencicipi buah bulat kecil bewarna hitam itu. Banyak tersedia di warung buah, boleh juga langsung ke kebunnya. Jika tertarik bisa juga membawa pulang bibitnya sebagai oleh-oleh.

Palu sudah terkenal dengan buah anggurnya sejak 1980-an. Meski belakangan ini sudah mulai jarang yang membudidayakannya, tetapi buah itu masih tetap bertahan. Di Kelurahan Boyaoge, Palu Barat, hampir di setiap rumah terdapat pohon anggur. Itulah sebabnya, Boyaoge juga dikenal sebagai daerah anggur.

Di kelurahan ini terdapat satu jalan, namanya Jalan Anggur. Di sini masih banyak ditemui kebun anggur. Anggur memang pernah menjadi ikon Kota Palu. Makanya sebuah perumahan di Kelurahan Birobuli Selatan, Kecamatan Palu Selatan, diberi nama Perumahan Bumi Anggur. Setiap pekarangan rumah di perumahan ini sedikitnya terdapat dua pohon anggur.

"Ada beberapa kebun di sini yang saya bina. Jika mereka kesulitan, biasanya mereka meminta bantuan saya untuk membimbing," kata pembudidaya bibit anggur, Pak Tisna (70), di Jalan Anggur, Boyaoge, Sabtu.

Pak Tisna sudah bergelut dalam usaha pembibitan anggur sejak tahun 1987. Dari hasil usahanya itu, Pak Tisna sudah membeli sebidang tanah dan membangun rumah dari rezeki buah anggur. Hingga kini ia masih menekuni usaha itu.

Pak Tisna bersama istrinya Rohati (70) adalah warga dari Bandung, Jawa Barat. Mereka pindah ke Palu tahun 1987, langsung terjun ke usaha anggur. Awalnya bekerja di kebun anggur milik keturunan Arab di Boyaoge. Mereka menerapkan sistem bagi hasil. Dua untuk pemilik, satu untuk pengelola. Hasil dari kerja sama itu, ia belikan sebidang tanah kira-kira 20 x 30 meter. Belakangan Pak Tisna akhirnya mandiri. Karena tidak punya lahan yang luas, Pak Tisna hanya memilih sebagai pembudidaya bibit anggur. Usahanya diberi nama Anggur Indah Nursery.

Saban hari, Pak Tisna menjual bibit anggur di pasar tradisional Manonda Palu. Sehari, biasa terjual 10 hingga 20 bibit anggurnya. Bibit itu ia peroleh melalui sistem stek. Stek baru bisa dilakukan sehabis panen. Hanya sebulan dipelihara, setek itu sudah menghasilkan enam sampai tujuh pucuk daun. Dalam kondisi seperti ini, bibit hasil stek sudah siap ditanam.

"Setiap panen saya biasa dipanggil pemilik kebun membantu mereka. Dari sanalah saya dapat stek," cerita Pak Tisna.

Satu pohon hasil stek dijual eceran Rp10 ribu. Jika permintaan dalam jumlah banyak biasanya hanya Rp7.500 per stek. Baru-baru ini Dinas Perkebunan Sulawesi Tengah memesan 750 pohon. Tetapi barangnya belum diambil.

Pemesan bibit tidak saja dari Sulawesi Tengah tapi juga dari luar daerah seperti Gorontalo, Sulawesi Selatan, Jakarta, dan Maluku.

"Setahu saya, kualitas anggur di sini termasuk kualitas kedua terbaik di dunia. Makanya banyak yang datang memesan di sini," katanya.

Selain membudidaya bibit, Pak Tisna juga memiliki satu pohon anggur tepat di depan pekarangan rumahnya. Usia pohon anggur iru kira-kira sudah delapan tahun. Sekali panen, Pak Tisna biasanya membukukan 90 tandan buah anggur setara dengan 22 kilogram.

Empat tandan beratnya mencapai satu kilogram. Kadang satu tandan beratnya mencapai satu kilogram. Saat ini harga anggur di pedagang eceran mencapai Rp30 ribu per kilogram.

"Dalam setahun tiga kali panen. Rata-rata usia panen, tiga bulan sepuluh hari," kata Pak Tisna.

Di tempat terpisah, Ibu Nurjanah, baru saja memanen anggur di depan rumahnya di Jalan Kelor. Tidak jauh dari Jalan Anggur. Ia hanya memiliki dua pohon anggur. Usia pohon itu sudah delapan tahun. Ia menjual eceran Rp25 ribu per kilogram. Dua pohon anggurnya itu sekali panen hasilnya sampai 40 kilogram.

"Buah ini sudah ada yang memesan," katanya.

Menurut Ibu Nurjanah, meski tidak seramai dulu, tetapi masih banyak yang membudidayakan anggur. Mertuanya sendiri juga termasuk pembudidaya anggur.

Terancam Punah
Gerakan menanam anggur di Palu sudah dimulai pada penghujung masa jabatan Gubernur Sulawesi Tengah, Galib Lasahido (1980-1985). Ketika itu Galib Lasahido menggalakkan penanaman anggur. Setiap pekarangan rumah yang kosong diperintahkan ditanami anggur.

Pekarangan belakang rumah kediaman Gubernur Galib Lasahido sendiri, di Jalan Rajawali, terdapat kebun anggur. Luasnya kira-kira 25 x 40 meter. Semuanya ditanami anggur.

"Waktu itu ada 11 pohon. Pak Galib sendiri yang menyuruh saya menanam dan pelihara sampai berbuah," kisah Amin, mantan pengelola kebun anggur Galib Lasahido.

Amin sempat merawat kebun anggur itu sampai tahun 1991. Awalnya, satu kilogram harganya hanya Rp3.000. Terus menanjak naik hingga Rp6.000 per kilogram pada 1991. Kebun anggur itu kini sudah hilang tergantikan dengan lapangan sepak bola mini.

Di beberapa tempat yang dulu dikenal sebagai kebun anggur, seperti di Jalan Sis Aljufri dan Puebongo, Palu Barat, kini sudah tidak ada lagi. Umumnya lahan itu dijadikan lokasi pembangunan rumah. Begitu juga di kebun anggur Jalan Anggur Boyaoge. Kebun anggur di sini, kian berkurang. Dulunya lahan anggur, kini berubah menjadi perumahan mewah.

"Mestinya ini digalakkan kembali agar tidak punah. Bagaimana Kota Palu ini tetap dikenal sebagai penghasil anggur berkualitas baik," kata Pak Tisna.

Era tahun 1987-1995, kata Pak Tisna, permintaan akan bibit anggur masih banyak. Dalam sehari biasanya mencapai 50 pohon. Bahkan ada permintaan proyek yang jumlahnya mencapai 3.000 batang. Waktu itu dia tidak perlu menjual ke pasar. Cukup menunggu di rumah saja, pembeli datang sendiri.

"Kami menyebutnya jenis anggur Porbolinggo hitam," katanya.

Dalam sejarahnya, kata Pak Tisna, anggur yang dibudidayakan di Palu adalah anggur dari Porbolinggo. Makanya mereka menyebut jenis anggur Porbolinggo hitam.

Memelihara anggur tidak sulit. Apalagi unsur hara tanah di Palu cocok untuk anggur. Menurut Pak Tisna, jika perawatan pohonnya bagus, hanya enam bulan sudah bisa berbuah. Jika pemeliharaan bagus, pertumbuhan anggur mencapai tujuh sampai 12 centimeter per minggu. Usia pohon anggur bisa mencapai 20 tahun. Tergantung dari perawatan.

Satu pohon anggur membutuhkan luas para-para 3 x 4 meter persegi. Tinggi dari permukaan tanah 1,5 meter hingga dua meter. Jika kreatif, di bawah para-para bisa ditanami buah sela.

"Hanya saja pohon anggur butuh air yang cukup. Paling kurang empat kali seminggu disiram. Paling bagus disiram pagi hari," katanya.

Sementara jenis penyakit yang sering menyerang adalah karatan daun dan karatan buah. Tapi menurut Pak Tisna, hal itu bisa diatasi dengan pestida.

101 Manfaat
Menurut Pak Tisna, mengonsumsi buah anggur memiliki 101 manfaat. Meski belum melalui penelitian ilmiah, tetapi Pak Tisna sendiri merasakan manfaat itu. Dalam usianya 70 tahun, Pak Tisna tampak masih segar bugar. Begitupun istrinya, Rohati.

"Setahu saya manfaat bauh anggur bisa menambah energi, menurunkan darah tinggi, dan memperlancar kencing," katanya.

Sebuah laman mengemukakan bahwa buah anggur mengandung flavanoid, yakni antioksidan yang akan membantu memperlambat proses penuaan akibat radikal bebas.

Buah bulat kecil berwarna hitam ini juga kaya vitamin A, C, B6, folat, serta mineral penting seperti potassium, kalsium, zat besi, fosfor, magnesium, dan selenium.

Laman itu menyebutkan, buah anggur dapat membantu meringankan asma, kanker payudara, kelelahan, jantung, migran dan gangguan ginjal.

Jika begitu adanya, kenapa tidak mengonsumsi buah anggur setiap hari?
(A055/H-KWR)

Oleh Adha Nadjemuddin
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011