Berlin (ANTARA News/IRNA-0ANA) - Pemerintah Jerman akan menyediakan pinjaman hingga 100 juta euro untuk pemberontak Libya mendalangi penggulingan diktator Libya Muamar Gaddafi, menurut harian Frankfurter Allgemeine Zeitung dalam Minggu.

Berlin berharap untuk menutup kredit dari beberapa aset Libya yang dibekukan di Jerman, diperkirakan lebih dari tujuh miliar euro, sebagai akibat sanksi PBB dan Uni Eropa.

Kementerian luar negeri Jerman mengatakan, pinjaman tersebut akan dialokasikan untuk tujuan sipil dan kemanusiaan.

Ia menambahkan bahwa kredit itu juga ditujukan untuk memperkuat Dewan Transisi Nasional sebagai `wakil yang sah rakyat Libya."

Keputusan untuk menawarkan pinjaman kepada kelompok pemberontak Libya itu dibuat setelah inisiatif Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle.

Memimpin Dewan Keamanan PBB bulan ini, Jerman mendukung pembekuan aset-asetaset di PBB untuk manfaat pemberontak Benghazi Libya, namun China dan Rusia menentang langkah itu.

Jerman yang menolak untuk memainkan peran militer langsung dalam operasi NATO yang didukung PBB yang kontroversial untuk menegakkan zona larangan terbang, telah menghadapi tekanan luar biasa oleh AS untuk memainkan peran yang lebih besar di Libya.

Dalam pertemuan dengan Presiden Barack Obama di Washington bulan lalu, Kanselir Angela Merkel menunjukkan kesediaannya untuk mengasumsikan peran yang lebih besar dalam perang yang melanda negara termasuk, termasuk menyediakan bantuan kemanusiaan, rekonstruksi ekonomi dan membangun kembali institusi negara.

Obama telah mendesakkan masalah itu selama pembicaraan dengan Merkel di Gedung Putih, dan mengatakan ia mengharapkan Jerman untuk memainkan peran lebih besar di Libya setelah rezim Gaddafi tidak lagi berkuasa.

"Akan ada akan banyak pekerjaan yang harus dilakukan ketika Gaddafi mundur dalam hal rakyat Libya mendapatkan lagi pijakan mereka di sektor ekonomi, politik yang harus dilakukan," kata Obama.

"Dan harapan saya akan ada dukungan penuh dan kuat dari Jerman, telah ada - seperti di masa lalu dari Jerman pada berbagai isu," lanjut presiden Amerika dalam pernyataannya.(*)

(Uu.H-AK/B002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011