Bogor (ANTARA News) - Jumlah pelaku penyalahgunaan narkotika meningkat setiap tahunnya, berdasarkan hasil penelitian Badan Narkotika Nasional dan Puslitkes UI pada 2008.

Prevalensi penyalahgunaan narkoba telah mencapai 1,99 persen atau kurang lebih 3,6 juta jiwa dari total populasi penduduk Indonesia, kata Kepala BNN Gories Mere dalam acara penyerahan aset Polri kepada BNN di Balai Diklat BNN, Lido, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Dia mengatakan, terjadinya peningkatan prevalensi selama kurun waktu dua tahun, sekitar 0,5 persen, karena data BNN dan Puslitkes UI di 2005 jumlah prevalensi penyalahgunaan narkoba masih 1,5 persen.

"Dalam kurun waktu tiga tahun naiknya sudah sudah hampir 1,5 persen. Jika ini terus dibiarkan maka diperkirakan 2015 nanti jumlah penyalahgunaan narkoba bisa mencapai 3 persen," katanya.

Menurut Gories, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan yang sangat memprihatinkan, karena berdampak pada berbagai lapisan masyarakat, tanpa memandang batas sosial, ekonomi, usia ataupun tingkat pendidikan.

Untuk mengatasi masalah kompleks tersebut, lanjut Gories, perlu penanganan intensif dan berkesinambungan guna memulihkan para penderita. Karena jika tidak dipulihkan maka penderita akan menjadi sasaran empuk bandar narkoba.

Upaya pemulihan ini menurut Gories sangat penting, mengingat jika pelaku narkoba telah sembuh maka si penderita tidak akan lagi bergantung dengan narkoba.

Gories menyebutkan, UPT Terapi dan Rehabilitasi Lido yang dibangun di atas tanah milik Polri telah berkontribusi memulihkan para korban penyalahgunaan narkoba.

UPT Terapi dan Rahabiltasi Lido memiliki daya tampung 500 orang, jumlah tersebut masih terbatas mengingat masih banyaknya jumlah pemakai narkoba yang tidak mendapat perawatan pemulihan.

"Untuk itu, kita berencana akan membangun dua tepat PTR di dua daerah, yakni Papua dan Makassar. Diharapkan dapat menampung seluruh korban penyalahgunaan narkoba," katanya.

Gories menambahkan, peran swasta sangat diharapkan dalam membantu mencegah dan menanggulangi penyebaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia.

Salah satu bentuk peran serta tersebut, dengan keterlibatan perusahaan swasta mendukung tempat terapis dan rehabilitasi dari segi CSR.

"Karena di tempat terapis dan rehabilitasi ini berada jauh dari pusat keramaian. Sehingga para terapis kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari selama tinggal di sini. Begitu juga bagi keluarga yang menjenguknya," kata Gories.

Gories mengapresiasi kontribusi PT Indomarco Prismatama yang menghadirkan Indomaret di kompleks PTR Lido. Tujuan pendirian toko di lahan seluas kurang lebih 330 meter persegi adalah sebagai sarana pendukung terapi vokasional bagi resident UPT T&R BNN agar dapat kembali melaksanakan fungsi sosial di masyarakat.

"Kehadiran Indomaret di UPT T&R Lido membantu para terapis untuk tetap bisa menjalani aktivitas sehari-hari selama masa rehabilitasi. Resident akan dibina melalui `on job training` berupa `community service` di kafe Indomaret sebagai bekal keterampilan sehingga menjadi produktif pada saat terjun lagi ke masyarakat," katanya.

Peresmian toko Indomaret disaksikan juga oleh Kapolri Jendral Polisi Timur Pradopo yang sebelumnya melakukan serah terima Aset Polri kepada BNN dengan penandatanganan prasasti di gedung Balai Diklat BNN Lido. (*)

(T.KR-LR/Y008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011