Peristiwa longsoran sisa galian tambang yang menimbun puluhan hektar sawah warga tersebut terjadi beberapa waktu lalu, Tak hanya itu, irigasi utama yang mengaliri ratusan hektar sawah juga ikut tertimbun, dikhawatirkan ini akan memicu kekeringan bagi
Bengkulu (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi Bengkulu akan segera memanggil manajemen PT Injatama, perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Bengkulu Utara, karena dinilai telah merusak irigasi, persawahan dan merugikan petani sekitar.

"Kita sedang atur jadwal pemanggilan bagi manajemen PT Injatama, tadi kita sudah rapat dengan tim, antara pemprov dan Pemkab Bengkulu Utara, terkait penyelesaian konflik masyarakat dan perusahaan tambang ini," terang Kepala biro pemerintahan, Provinsi Bengkulu, Hamka Basri, Selasa.

Sebelumnya, diinformasikan paa bulan Juli 2011 puluhan hektar lahan persawahan milik warga tiga desa di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, tertimbun longsoran tumpukan tanah sisa galian batubara milik PT Injatama.

Warga merasa dirugikan karena sawah yang tertimbun longsor tersebut rusak berat dan butuh waktu yang lama untuk mengembalikannya ke kondisi semula.

Ketiga desa yang lokasi persawahannya tertimbun sisa galian tambang ini adalah Desa Talang Berantai, Pondok Bakil dan Gunung Payun.

Peristiwa longsoran sisa galian tambang yang menimbun puluhan hektar sawah warga tersebut terjadi beberapa waktu lalu, Tak hanya itu, irigasi utama yang mengaliri ratusan hektar sawah juga ikut tertimbun, dikhawatirkan ini akan memicu kekeringan bagi lahan persawahan.

Warga korban pertambangan berulangkali mendatangi kantor bupati Bengkulu Utara meminta keadilan terhadap kerusakan yang dilakukan oleh PT Injatama, merasa tuntutan tidak dipenuhi beberapa waktu lalu perwakilan masyarakat mendatangi Plt. gubernur Bengkulu, Junaidi Hamsyah.

Dari hasil pertemuan dengan Plt. gubernur Bengkulu maka dibentuklah tim investigasi yang diketuai oleh asisten I Sumardi.

"Hasil rapat tadi cuma membahas langkah-langkah penanganan dan pencarian solusi bagi masyarakat yang mengadu karena sawahnya rusak,"tambahnya.

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011