Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah menegaskan komitmennya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, khususnya di kawasan pedesaan, di seluruh Banten.

"Saya senang menyelesaikan seluruh tugas-tugas pembangunan di sektor kesehatan masyarakat, karena merasa bekerja bersama para pelayan masyarakat di Dinas Kesehatan yang memiliki dedikasi dan bersama masyarakat yang semakin peduli dan menyadari pentingnya hidup sehat," tutur Ratu Atut dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Rabu.

Ditegaskannya bahwa selama ini pihaknya terus berupaya memastikan bahwa masyarakat tidak kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Diantaranya dengan memastikan bahwa seluruh masyarakat di wilayah Banten dengan mudah mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

Saat ini di seluruh Banten telah beroperasi sebanyak 10 rumah sakit pemerintah, 49 rumah sakit swasta, 59 Puskesmas perawatan, 151 Puskesmas nonperawatan, 197 Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), 109 Pos Kesehatan Pesantren (Poskentren), 215 Puskesmas keliling roda empat, 853 Puskesmas keliling roda dua.

Sementara tenaga kesehatan yang siap melayani masyarakat adalah 978 dokter spesialis, 3.175 dokter umum, 406 dokter gigi, 6.719 perawat, 3.300 bidan, 300 nutrisionis, 679 sanitarian, 807 tenaga farmasi dan apoteker, 675 sarjana kesehatan masyarakat, dan 506 tenaga keteknisan medis.

Sedangkan jumlah desa dan kelurahan di seluruh Banten sebanyak 1.535. Dari jumlah itu, sebanyak 1.510 atau 98 persen desa sudah memiliki bidan desa. Selain itu, sebanyak 1.377 desa atau sebsesar 90 persen berstatus sebagai desa siaga. Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan secara mandiri.

"Desa siaga merupakan sebuah penyelesaian masalah-masalah kesehatan," ujar Atut seraya menambahkan bahwa untuk saat ini juga telah disiapkan penyelenggaraan program beasiswa penuh bagi anak-anak potensial di pedesaan yang belum memiliki bidan. "Mereka akan kita sekolahkan di bidang kesehatan dan kebidanan. Pemerintah yang akan membiayai sampai mereka lulus. Lalu, setelah lulus kita kembalikan ke desa asalnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat," tuturnya.

Atas berbagai upaya peningkatan kesehatan masyarakat itu, angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Banten mencapai 22,8 dari 1.000 kelahiran hidup, melampaui rata-rata nasional dan target sasaran pembangunan millennium (Millennium Development Goals/MDG`s). AKB nasional 2010 sebesar 35 dari 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan target MDG's pada tahun 2015, AKB dipatok sebanyak 25 orang per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan untuk Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, tahun 2010 mencapai 187,3 per seribu kelahiran hidup. AKI rata-rata nasional berada pada angka 228 perseribu kelahiran hidup.

Ratu Atut berjanji akan terus bekerja lebih keras untuk mencapai target MDG`s pada indikator utama bidang kesehatan lainnya, antara lain AKI 102 per seribu kelahiran hidup tahun 2015, prevalensi balita kurang gizi 15,5 persen, persalinan oleh tenaga kesehatan.(*)
(T.D011/E001)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011