Kuta (ANTARA News) - Clean Up! Bali, perkumpulan ekspatriat Jepang di Pulau Dewata yang peduli terhadap masalah lingkungan, memperkenalkan sebuah permainan khas bernama "Karuta" yang biasa dimainkan oleh anak-anak di negara tersebut.

"Kami terinspirasi untuk memperkenalkan permainan ini kepada anak-anak di Bali sejak dua tahun lalu. Baru tahun lalu kami bisa mencetak kartu permainan `Karuta`," ungkap Koordinator Clean Up! Bali, Masamitsu Ishibashi saat menggelar permainan Karuta perdana secara umum di Mall Bali Galeria, Kuta, Minggu.

Ishibasi mengatakan, sejak mulai mencetak kartu permainan karuta, perkumpulan orang-orang Jepang tersebut juga sudah menyebarkan bentuk permainan itu kepada anak-anak di sekolah-sekolah dasar di Denpasar dan Ubud, Gianyar.

"Sudah ada 12 sekolah yang kita datangi dan ajarkan permainan karuta, yakni di Denpasar dan Ubud," katanya.

Dalam permainan karuta, anak-anak atau peserta yang berjumlah bisa lebih dari satu diminta untuk menebak dan mengambil sebuah kartu bergambar yang menunjukkan sebuah cerita sesuai dengan kata kunci yang disebutkan oleh pemberi permainan.

Dari sekian banyak kartu bergambar yang tersebar tersebut, anak-anak yang bisa langsung menebak sekaligus mengambil kartu dimaksud dan yang tercepat mendapatkannya, menjadi pemenangnya.

"Semakin dia banyak mendapatkan kartu dan tepat jawabannya, dialah yang berpotensi memenangkan permainan itu," jelas Ishibasi.

Dijelaskan, permainan itu mengambil topik lingkungan hidup, dengan harapan anak-anak dapat melihat dan mengetahui masalah lingkungan atau sampah di bumi ini dengan benar sambil bermain.

"Semua kalimat yang terdapat dalam kata kunci permainan dan gambarnya pun mengisahkan tentang lingkungan hidup," katanya.

Menurut Ishibasi, permainan yang menghadirkan topik lingkungan hidup dipercaya dapat perlahan memecahkan masalah lingkungan atau sampah yang diawali dari diri sendiri, terutama diajarkan sejak anak-anak.

"Kami senang bila isi kalimat tentang lingkungan bisa masuk ke dalam hati anak-anak dengan cara bermain kartu, sehingga akhirnya menjadi langkah awal bagi mereka untuk turut memikirkan masalah lingkungan," harapnya.

Ishibasi mengaku, kepedulian perkumpulan orang Jepang di Bali terhadap lingkungan tersebut bermula dari rasa prihatin terhadap keindahan Pulau Dewata yang mulai tercemar oleh sampah berserakan.

"Bali itu sangat cantik, tapi akhir-akhir ini ada banyak sampah. Bali tidak boleh begitu," katanya.

Karen Angela (11), salah seorang pengunjung mal yang turut mencoba permainan tersebut mengaku senang dan mendapat pengetahuan baru. "Senang aja. Seru bisa berebut kartu dengan anak-anak lainnya,," ungkapnya.

Tiap set kartu "Bali Eco Karuta" itu dijual RP100 ribu, dan rencananya dari hasil penjualan tiap set kartu tersebut akan digunakan untuk biaya cetak kartu guna disumbangkan ke sekolah-sekolah maupun yayasan secara gratis.(*)

(T.KR-PWD/T007)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011