Istanbul (ANTARA News) - Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) menjanjikan bantuan 350 juta dolar bagi Somalia pada pertemuan puncak darurat di Istanbul, kata Sekretaris Jendral OKI Ekmeleddin Ihsanoglu, Rabu.

Sekitar 3,7 juta orang Somalia saat ini terancam kelaparan, dan Ihsanoglu berharap bantuan akan itu segera meningkat menjadi 500 juta dolar dan mendesak negara-negara donor memperbaiki keamanan pangan jangka panjang bagi Somalia dengan membantu negara itu membangun kembali prasarana dan pertanian.

"Kami menjanjikan bantuan 350 juta dolar. Kami berharap akan menaikkan komitmen itu menjadi 500 juta dolar dalam waktu dekat," katanya pada jumpa pers pada akhir pertemuan puncak itu, lapor Reuters.

Perdana Menteri Turki Tayyip Erdogan menyerukan bantuan bagi Somalia dan mengecam para milyarder yang mengendarai mobil-mobil mewah dan "arogansi dunia Barat karena mengabaikan penderitaan kaum miskin".

Dalam pidato yang mengecam kapitalisme Barat, Erdogan mengatakan, kelaparan Somalia merupakan "uji lakmus" tidak saja bagi muslim namun juga seluruh umat manusia.

"Jika anda mengendarai mobil mewah, anda harus bermurah hati kepada orang-orang yang berjuang mengatasi kelaparan," katanya kepada para menteri luar negeri OIC yang beranggotakan 57 negara pada pertemuan puncak darurat di Istanbul untuk menggalang bantuan bagi Somalia dan kawasan tetangganya yang juga dilanda kekeringan.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatkaan pekan lalu, negaranya akan memberikan bantuan tambahan 17 juta dolar untuk mengatasi kelaparan di kawasan Tanduk Afrika, termasuk 12 juta dolar untuk membantu rakyat Somalia -- sehingga jumlah bantuan kemanusiaan AS untuk kawasan itu mencapai lebih dari 580 juta dolar tahun ini.

OIC mengubah namanya belum lama ini dari Organisasi Konferensi Islam menjadi Organisasi Kerja Sama Islam.

Presiden Somalia Sheikh Sharif Ahmed mengatakan, negaranya tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan serta ternak dan menghadapi serangan-serangan militan. Kawasan yang paling parah adalah yang dikuasai gerilyawan Al-Shabaab, yang dikabarkan mencegah bantuan mencapai penduduk.

PBB telah mengumumkan Mogadishu dan empat wilayah Somalia selatan sebagai zona kelaparan serta memperingatkan bahwa kelaparan bisa meluas ke seluruh penjuru negara itu.

Kondisi itu diperumit oleh bentrokan-bentrokan yang terus terjadi antara pasukan Somalia serta Uni Afrika sekutunya dan gerilyawan Al-Shabaab.

Bentrokan-bentrokan itu berlangsung ketika badan-badan bantuan internasional berusaha mencari cara untuk menyerahkan bantuan makanan kepada penduduk yang tinggal di kawasan yang dilanda kelaparan, khususnya daerah-daerah Somalia selatan yang dikuasai kelompok Al-Shabaab yang terkait dengan Al-Qaida.

Badan-badan bantuan menarik diri dari Somalia selatan pada awal 2010 setelah ancaman terhadap staf mereka dan aturan semakin keras yang diberlakukan terhadap aktivitas mereka oleh Al-Shabaab, yang dimasukkan ke dalam daftar kelompok teror oleh Washington.

Militan pada Juli mengatakan, kelompok bantuan asing bisa kembali lagi ke wilayah itu, namun seorang juru bicara Al-Shabaab mengatakan kemudian bahwa larangan operasi terhadap mereka masih tetap diberlakukan.

Al-Shabaab mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaeda.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011