Tripoli (ANTARA News/AFP/Reuters) - Beberapa ledakan mengguncang Tripoli, Jumat pagi, saat beberapa pesawat NATO terbang di atas wilayah ibu kota Libya tersebut, kubu pemimpin Libya Muamar Gaddafi.

Suara serangkaian ledakan terdengar sekitar pukul 10.00 waktu setempat (06.00 WIB) di pusat ibu kota Libya tersebut, tempat kompleks permukiman Gaddafi berada, serta di beberapa daerah di sebelah barat kota itu.

Pada Kamis, Tripoli tengah dan pinggiran baratnya, Tajura, menjadi sasaran serangan pesawat tempur NATO, kata beberapa saksi mata.

Pemerintah Gaddafi tampaknya kian terkucil di kubunya. Tapi juru bicara pemerintah Moussa Ibrahim, yang berbicara melalui stasiun televisi resmi, mengatakan, "Kami meyakinkan rakyat bahwa kami membuat kemajuan di semua front."

Seorang pejabat pemerintah mengatakan saudara Ibrahim, Hasan Ali, telah tewas oleh tembakan helikopter Apache NATO. Ia mengatakan mahasiswa yang berusia 25 tahun itu telah pergi bersama sekelompok orang untuk memeriksa keadaan teman mereka di Zawiyah --yang kini dikuasai gerilyawan-- setelah mendengar laporan mengenai pertempuran di sana. Ia tewas di lapangan di bagian tengah kota kecil tersebut.

Gerilyawan telah berusaha memutus saluran pasokan Tripoli dari Tunisia ke barat dan ke kota kecil Sirte di sebelah timur Tripoli, dalam tindakan yang mereka harap akan mengucilkan ibu kota tersebut, memicu pembelotan dan perlawanan di dalam Tripoli.

Pasukan oposisi, Kamis, menyatakan mereka telah merebut kilang minyak di kota kecil Zawiyah di bagian barat negeri itu, sumber penting pasokan bahan bakar buat ibu kota Libya, dan penghalang utama terakhir sebelum mereka bergerak maju menuju Tripoli.

Perdana Menteri Libya Baghdadi Mahmudi --sebagaimana dilaporkan AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat-- dengan tegas membantah pernyataan tersebut, dan mengatakan kilang itu "tak diragukan" masih berada di tangan pasukan yang setia kepada Gaddafi.

Gaddafi, yang telah memerintah negara Afrika Utara yang kaya akan minyak tersebut selama empat dasawarsa, tetap menolak untuk meletakkan jabatan dan terus mengerahkan pendukungnya guna mengusir musuh.

(Uu.C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011