Zawiyah (ANTARA News/AFP) - Pemberontak Libya yang mendesak untuk mengucilkan Tripoli telah merebut sepenuhnya kendali sebuah kilang minyak utama di Zawiyah, yang merupakan satu-satunya sumber bahan bakar bagi ibu kota, kata manajer di sana, Jumat.

Direbutnya kilang minyak Zawiyah itu, sekitar 40 kilometeter di barat Tripoli, akan menimbulkan "krisis besar" di ibu kota, kata satu-satunya manajer yang masih tersisa di instalasi itu, Mohammad el-Halluj, Jumat, pada AFP.

"Bagi Tripoli, perolehan bahan bakar satu-satunya adalah dari sini, tidak ada tempat lainnya," kata Halluj saat pertempuran antara pemberontak dan pasukan pendukung setia pemimpin Libya Muamar Gaddafi berlanjut di kota Zawiyah yang berada dekat pantai.

"Tidak ada bahan bakar, disel atau bensin atau bahkan LPG yang dibutuhkan untuk memasak" akan didapat di Tripoli, katanya. "Jadi ini akan menjadi krisis besar, bukan masalah, krisis besar."

Halluj tidak ada di sekitar tempat itu ketika pemberontak datang dan menghalau para penembak jitu loyalis pada beberapa hari terakhir ini, tapi sejumlah pemberontak bersenjata menjaga di pintu masuk kilang minyak itu, Jumat, sementara yang lain mengendarai mobil pik-up mereka untuk mengumpulkan bahan bakar gratis.

Halluj menyatakan kilang bahan bakar itu memiliki sekitar 10 juta liter minyak yag masih dalam mobil-mobil tanki mereka.

Kilang minyak itu memiliki kapasitas produksi normal 120.000 barel per hari dan biasanya dipasok dengan minyak mentah dari sebuah ladang minyak 700 kilometer jauhnya atau dari kapal-kapal tanker yang ada di laut.

Pipa telah diputus oleh pemberontak dan pesawat NATO, dan kapal-kapal yang mendukung pemberontak mencegah kapal-kapal tanker datang ke Zawiyah.

Menurut Halluj, kilang minyak itu aman dan tidak rusak meskipun ada pertempuran dan dapat mulai mengilang lagi saat minyak mentah dapat datang.

"Itu 100 persen aman. Alhamdulillah, tidak ada yang rusak," katanya. "Hanya ketika kami menerima minyak mentah itu, kami dapat mulai (operasi) lagi."

(Uu.S008/H-RN)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011