Tripoli (ANTARA News) - Pasukan gerilyawan telah menguasai ibu kota Libya, Tripoli, kecuali Bab Al-Aziziyah. Mereka sedang melakukan pembersihan sisa pasukan pemimpin Libya Muamar Gaddafi, kata pejabat  Dewan Peralihan Nasional (NTC) Abdullah Almayhop.

Abdullah Almayhop juga mengatakan putra tertua Gaddafi, Mohammed, telah menyerahkan diri.

Namun Mustafa Abdul Jalil, pemimpin NTC, Ahad petang (21/8), mengatakan Saif al-Islam, putra kedua Gaddafi, telah ditangkap dan kini ditahan di tempat aman.

Koordinator Dewan Peralihan Nasional (NTC) Abdel Dabbechi mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa putra kedua Gaddafi, Saif al-Islam telah ditangkap, sementara putra tertuanya, Mohammed Al_Gaddafi telah menyerah kepada pasukan oposisi.

Abdul Jalil mengatakan penjaga Gaddafi di Tripoli telah menyerah kepada pasukan oposisi.

Sementara itu Gaddafi mengatakan dalam pidato melalui audio pada Ahad semua suku dan warga mesti berpawai ke Tripoli untuk "membersihkan" kota itu, demikian laporan stasiun televisi negara.

"Barat tidak akan melindungi kalian," katanya. "Tripoli akan dihancurkan."

Ia mendesak semua imam masjid agar membimbing jamaah mereka guna melindungi ibu kota Libya.

Juru bicara bagi pemimpin Gaddafi, Moussa Ibrahim, Ahad, mengatakan 1.300 orang telah tewas dalam pertempuran di Tripoli sejak Ahad sore.

Ia mengatakan pada satu taklimat di Tripoli, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin, bahwa 5.000 orang cedera dalam pertempuran tersebut dan NATO mesti bertanggung jawab atas pertumpahan darah itu.

Ia mengatakan negara memerlukan Gaddafi dan rakyat mesti didorong untuk berperang buat dia.

Pada Ahad petang memasuki wilayah Tripoli barat sementara nyaris tak ada tanda perlawanan, kata stasiun TV Al Jazeera.

Penduduk kota tersebut mulai memenuhi jalan untuk menyambut pasukan oposisi, kendati ada seruan Gaddafi agar warga mengangkat senjata untuk mempertahankan kekuasaannya.

Di Benghazi, ribuan orang turun ke jalan, siap merayakan jatuhnya kekuasaan Gaddafi.

NATO, yang telah mendukung pasukan oposisi dengan aksi pemboman, menyatakan peralihan kekuasaan di Libya "harus berjalan damai".

Setelah enam bulan pertempuran, Tripoli jatuh dengan cepat. Sabtu malam, aksi perlawanan dilancarkan secara hati-hati, bersamaan dengan gerak maju pasukan oposisi di tiga front. Pertempuran meletus setelah azan berkumandang dari menara masjid.
(C003)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011