Sosnovy Bor, Rusia (ANTARA News/Reuters) - Presiden Rusia Dmitry Medvedev pada Rabu menyerukan Muamar Gaddafi dan pemberontak Libya untuk menghentikan pertempuran dan duduk bersama untuk melakukan pembicaraan.

"Kami ingin orang-orang Libya mencapai kesepakatan di antara mereka sendiri," kata Medvedev setelah pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-il di sebuah pangkalan militer Siberia.

"Kami ingin pertempuran dihentikan sesegera mungkin dan bagi mereka segera duduk di meja perundingan dan mencapai perjanjian mengenai masa depan Libya."

Medvedev juga mengisyatkan Moskow mengakui para pemberontak sebagai pemerintah resmi Libya jika mereka dapat menyatukan negara.

Dia mengatakan, Gaddafi masih memiliki pengaruh dan kemampuan militer meskipun pemberontak berhasil dalam pertempuran terakhir.

Sementara itu, China telah meminta PBB untuk memimpin upaya-upaya pasca perang di Libya, kata kementerian luar negeri, pada saat Beijing menyerukan transisi politik mulus di negara Afrika Utara yang dilanda kekerasan itu.

Menteri luar negeri China, Yang Jiechi juga meminta Sekjen PBB Ban Ki-moon bekerja dengan organisasi-organisasi regional lainnya seperti Uni Afrika dan Liga Arab, untuk memulihkan ketertiban, kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

"PBB harus memainkan peran utama dalam pengaturan pasca-perang di Libya," kata Yang kepada Ban pada Selasa, menurut pernyataan kementerian luar negeri.

Pada Rabu, China menyerukan "transisi" kekuasaan politik di Libya setelah pasukan pemberontak menyerbu kompleks Muamar Gaddafi, pratanda kian dekatnya akhir enam bulan konflik, meskipun orang kuat Libya itu belum ditemukan.

"China berharap adanya transisi kekuasaan politik di Libya," kata juru bicara China, Ma Zhaoxu, dalam satu pernyataan.

"Kami berharap rezim, masa depan yang baru akan mengadopsi langkah-langkah efektif untuk mempersatukan faksi yang berbeda, dengan cepat mengembalikan tatanan sosial dan berusaha untuk memulai rekonstruksi politik dan ekonomi."
(Uu.H-AK/B002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011