Zintan, Libya (ANTARA News) - Pasukan yang setia kepada pemimpin Libya Muamar Gaddafi mengepung kota kecil yang dikuasai pemberontak, Zuwarah, di sebelah barat Tripoli, kata beberapa komandan pemberontak Rabu (24/8).

Mereka menambahkan para petempur oposisi kalah banyak untuk menembus kepungan itu. Kolonel Abu Salem mengatakan pasukan pemberontak di Zuwarah telah meminta bantuan dari Zintan dan tempat lain di Libya selatan yang dikuasai pemberontak dan upaya sedang dilakukan guna mengirim balabantuan, demikian laporan AFP, yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis.

Tapi juru bicara kelompok pemberontak Zintan, Kolonel Juma Brahim, mengatakan, "Zintan tak bisa mengerahkan satu orang pun. Semua petempur kami berada di Tripoli, yang dikuasai pasukan oposisi awal pekan ini."

Salem, koordinator gerakan militer bagi wilayah Zintan, mengatakan pemberontak telah menguasai bagian tengah Zuwarah --yang tiga hari lalu telah berpindah tangan sejak aksi perlawanan meletus pada pertengahan Februari.

Sejak itu, pasukan pro-Gaddafi yang ditempatkan di seluruh kota kecil tersebut telah membombardirnya, katanya.

Zuwarah berada di jalan dari ibu kota Libya, Tripoli, menuju Ras Jdir di perbatasan dengan Tunisia, yang juga berada di tangan pasukan yang setia kepada Gaddafi.

Tentara pemberontak Libya, Rabu (24/8), mengambil alih pangkalan militer Mazraq Ash-Shams di kota pelabuhan Libya, Zuwarah, sekitar 60 kilometer dari perbatasan Tunisia, demikian laporan stasiun TV yang berpusat di Dubai, Al Arabiya.

Pemimpin Dewan Peralihan Nasional (NTC) Mustafa Abdel Jalil mengatakan kepada stasiun televisi France-24 bahwa sebanyak 600 petempur pro-Gaddafi telah ditangkap tapi pertempuran takkan berakhir sampai pemimpin Libya itu sendiri mendekam di penjara.

Sementara itu, orang nomor dua dalam jajaran komando dinas intelijen dan menteri kesehatan Muamar Gaddafi mengumumkan kesetiaan mereka kepada pasukan pemberontak selama wawancara yang diudarakan oleh stasiun televisi Al Arabiya, Rabu (24/8).

Wakil direktur keamanan luar negeri di dinas intelijen Libya Jenderal Khalifah Mohammed Ali, dan menteri kesehatan Mohammed Hijazi, termasuk di makin banyak pejabat Libya yang beralih pihak sejak gerilyawan oposisi meraih keunggulan dalam perjuangan guna mengakhiri 42 tahun kekuasaan Gaddafi.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011