Tripoli (ANTARA News/AFP) - Pemberontak Libya telah memindahkan kepemimpinan politik mereka ke ibu kota Tripoli dari markas mereka di Benghazi, demikian diumumkan oleh seorang pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC), Jumat.

"Saya umumkan dimulainya dan diterimanya kerja komite eksekutif di Tripoli," kata wakil pemimpin komite Ali Tarhuni pada konferensi pers.

Ia menimpali, "Panjang umur Libya yang demokratis dan konstitusional serta kemuliaan bagi para martir kami."

Tarhuni, menteri perminyakan dan ekonomi dalam pemerintah sementara, juga telah menunjuk para pemegang jabatan penting kabinet termasuk menteri dalam negeri, menteri informasi dan menteri infrastruktur, dan juga kepala keamanan Tripoli.

Ia menambahkan bahwa pemimpin utama pemberontak -- pemimpin NTC Mustafa Abdel Jalil dan pemimpin komite eksekutif Mahmud Jibril -- akan tiba di Tripoli secepat mungkin keamanan mengizinkan.

Tapi, Tarhuni tidak sampai mengumumkan jatuhnya rezim Muamar Gaddafi, dan mengatakan bahwa pengumuman mengenai itu akan datang dari Jalil atau Jibril.

Ia berjanji, pemberontak akan menangkap pemimpin yang telah memerintah Libya selama hampir 42 tahun itu, menambahkan bahwa larinya Gaddafi tidak menimbulkan rintangan pada perjalanan Libya yang baru, konstitusional dan demokratis.

"Kami bebas. Kami dapat bergerak di kota-kota kami. Gaddafi adalah orang yang dalam selokan, bergerak dari selokan ke selokan ... Kami akan menangkapnya dan saat kami menangkapnya kami akan menceritakan pada anda bagaimana," ujarnya.

Ia meminta kepada pasukan yang setia terhadap Gaddafi untuk meletakkan senjata mereka, dan menjanjikan keamanan mereka dan perlakuan sah menurut hukum.

"Letakkan senjata anda dan pulanglah. Antara anda dan antara kami adalah hukum. Saya berjanji Anda akan aman.," ujarnya.

Tripoli pada Kamis (25/8) sebagian besar wilayahnya dikuasai pemberontak, kecuali beberapa kantung perlawanan tempat tembakan senjata, ledakan dan serangan penembak gelap masih terjadi yang membahayakan hidup warga.

Dengan tidak adanya polisi, yang telah diminta Tarhuni kembali bekerja, ia pun menekankan bahwa keamanan sangat penting untuk membangun masa depan Libya yang bebas. Pemberontak telah mendirikan pos-pos pemeriksaan di kota pantai itu.

"Penjagaan keamanan sangat penting. Saya minta pada polisi untuk kembali bekerja," katanya.

Tanpa keamanan dan kemampuan gerakan ini membangun masa depan Libya yang bebas akan sangat sulit, kata Tarhuni.

Di bidang diplomasi, menteri perminyakan itu mengatakan, NTC akan menghormati semua janji dan perjanjian dengan negara lain. "Sedikit-dikitnya dalam masa transisi hingga rakyat Libya memilih pemerintah mereka," ujarnya.

Beralih ke kementeriannya sendiri, Tarhuni mengatakan sektor minyak akan memulai lagi kerja segera, mulai dengan pengaktivan kembali kilang minyak di kota Zawiyah di Libya barat.

Ia mengatakan, NTC telah mengirim para insinyur untuk menilai ladang minyak besar di Misra dan Sarir dan juga instalasi di pelabuhan minyak Brega, dan bahwa ia memperkirakan kebangkitan kembali sektor minyak Libya segera.

Libya adalah produsen terbesar keempat di Afrika -- setelah Nigeria, Angola dan Aljazair -- dan satu dari 20 negara penghasil minya terbesar di dunia.

Hasil minyak mentah negara Afrika utara itu berharga sangat khusus karena kndungan sulfurnya rendah sehingga lebih mudah untuk memprosesnya.

Pemimpin kelompok energi Italia ENI, Paolo Scaroni, mengatakan bahwa setelah pembicaraan dengan Jibril dan Perdana Menteri (PM) Italia, Silvio Berlusconi, bahwa proses memulailagi produksi minyak di Libya mungkin memerlukan waktu enam hingga 18 bulan.
(Uu.S008)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011