Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Moh Jumhur Hidayat, menyatakan bahwa banyak keluarga bergantung pada sekitar enam juta TKI.

"Baik keluarga TKI di dalam negeri maupun keluarga pengguna TKI di luar negeri," katanya pada siaran langsung dialog dengan salah satu stasiun televisi swasta di Jakarta, Senin malam.

Jumhur dalam dialog bertajuk "Apa Kabar Dunia Edisi Spesial Idul Fitri" itu, Jumhur menegaskan bahwa keberadaan  para TKI berjasa dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

"Satu TKI berangkat ke luar negeri berarti mengatasi satu pengangguran. Jumlah TKI sekitar enam juta berarti enam juta pengangguran teratasi. Setiap TKI rata-rata menghidupi lima anggota keluarga berarti 30 juta angka kemiskinan teratasi. Belum lagi roda ekonomi di daerahj bergerak karena jasa TKI," katanya.

Belum lagi keluarga pengguna atau majikan yang mempekerjakan TKI sangat terbantu dengan kehadiran TKI.

"Bekerja di luar negeri merupakan ekspresi dari masih adanya asa akan upaya perbaikan hidup," ujarnya.

Menurut Jumhur, permasalahan TKI Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) akan selalu ada, tetapi ia menolak mengatakan masalah yang menimpa TKI itu sebagai takdir.

"Takdir jatuh sesuai dengan ikhtiar manusia dan pemerintah, karena itu kalau negara penerima TKI tidak mampu melindungi TKI, kami tidak akan mengirim pekerja ke sana," katanya.

Jumhur menekankan bahwa apa yang diungkap media mengenai persoalan TKI belum berarti mencerminkan kenyataan.

Media, katanya, terlalu mengekspos TKI bermasalah dan kurang memberitakan kisah sukses TKI.

Sebagai pemerintah, katanya, BNP2TKI memastikan regulasi perlindungan itu ada di negara yang menerima TKI dan pemerintah tidak akan mengirim TKI jika negara penerima menolak penerapan perlindungan terhadap TKI.

Jumhur menambahkan, ada sekitar 80.000 hingga 100.000 TKI mudik Lebaran ke berbagai wilayah di Tanah Air, dan secara ekonomi mudik menggerakkan ekonomi pedesaan dengan uang yang dibawa TKI dan secara kultural mudik meningkatkan silaturahmi. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011