Jakarta (ANTARA News) - Idul Fitri 1432 H hendaknya dijadikan momentum evaluasi diri, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga bangsa, terutama bagi kalangan pemimpin.

Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Helmi Hidayat mengemukakan hal itu saat menyampaikan khutbah Shalat Idul Fitri di komplek perguruan Muhammadiyah, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa.

Ia mengatakan, berbagai krisis yang melanda bangsa ini harus menjadi cambuk peringatan bagi bangsa ini untuk menjadi lebih baik, bisa meletakkan sesuatu pada tempatnya.

Menurut dia, orang yang bisa meletakkan sesuatu pada tempatnya adalah orang yang bertakwa. Sebaliknya, orang zalim selalu meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.

"Dalam pengertian sederhana ini, secara sadar atau tidak sadar sering sekali kita melakukan kezaliman demi kezaliman dalam keseharian kita," katanya.

Mantan wartawan itu melanjutkan, evaluasi diri menjadi penting mengingat tiga tahun lagi bangsa ini kembali menggelar pemilihan wakil rakyat dan pemimpin nasional.

"Jika kita salah memilih wakil rakyat, apalagi salah dalam memilih presiden dan wakil presiden, akibatnya bisa fatal buat bangsa ini," katanya.

Alumni Departemen of Social Anthropology, University of Hull, United Kingdom itu mengatakan, belajar dari sejarah masa lalu, termasuk yang direkam dalam Kitab Suci Al Quran, seringkali kehancuran sebuah bangsa diakibatkan oleh segelintir elit bangsa itu.

"Tuhan berkata jika Dia hendak menghancurkan suatu bangsa, Dia perintahkan segelintir elite yang cenderung hidup bermegah-megah untuk bertakwa kepada-Nya, tetapi mereka justru menebar dosa dan kezaliman," katanya.

Ia lantas mencontohkan bangsa Mesir kuno di masa pemerintahan Fir`aun yang dihancurkan Allah karena ulah segelintir elitnya yakni Raja Fir`aun, Jenderal Haman, intelektual Samiri, dan bangsawan konglomerat Qarun yang lebih senang berbuat onar dan dosa, sementara rakyat tidak berani menyampaikan kritik membangun.

"Kita memimpikan dan terus berdoa semoga para pemimpin negeri ini, elit politik, intelektual, para bangsawan, adalah mereka yang senantiasa bertakwa kepada Allah SWT, takut berbuat dosa kepada-Nya," katanya.

Sementara rakyatnya, lanjut Helmy, menjadi sekumpulan anak bangsa yang taat dan patuh peraturan dan perundang-undangan yang dibuat negara serta saling mengingatkan jika tumbuh dekadensi moral.

"Tanpa harus merasa sungkan melakukan kritik membangun terhadap pemerintah berkuasa dengan cara yang baik dan mendidik jika objek kritik itu dirasa benar," katanya.
(T.S024/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011