Kulon Progo (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus Raja Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengimbau umat Islam lebih proporsional dalam menjalankan kehidupan.

"Makna Fitroh yakni bagaimana kita dapat proporsional sebagai manusia, tidak hanya mengaku sebagai umat Islam, tapi manusia juga harus mengubah perilakunya dalam kehidupan sehari-hari," kata Sri Sultan Hamengku Buwono X, usai melaksakan Salat Ied di Masdjid Jami`, di Wates, Rabu.

Menurut Sultan, puasa dan Lebaran ini, umat Islam cenderung boros dibandingkan dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, makna dari puasa adalah menahan hawa nafsu dan mampu memahami dari hakikat berpuasa.

"Bagi saya, makna Lebaran ini bagaimana masyarakat pada puasa dan Lebaran ini sebetulnya lebih dapat menghemat bukan lebih boros dari pada hari-hari biasa," katanya.

Ia berharap, dirinya setelah Lebaran lebih dapat mengayomi dan berguna bagi masyarakat Ngayogyokarto Hadiningrat ke depan, baik sebagai gubernur atau raja. selain itu, setelah Lebaran, umat Islam juga lebih berkualitas.

"Harapan saya lebih bermakna bagi semua dan lebih berkualitas bagi masyarakat yang merayakannya," katanya.

Salat Ied di Masjid Jami` diikuti oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Wakil Bupati Sutedjo, Kapolres AKBP K Yani Sudarto, dan beberapa pejabat satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Kulon Progo.

Setelah selesai melakukan Salat Ied, jamaah Masjid Jami` saling berjabat tangan. Jamaah bergiliran berjabat tangan dengan Sri Sultan Hamengku Buwono.

Sebelumnya, Khotib Ghozali Burhan dalam kutbahnya, mengatakan Allah SWT selalu dekat dengan umatnya, namun umat selalu menjauh dari Allah.

"Kita harus selalu membaca Al Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Menbaca Al Quran berarti selalu berkomunasi dengan Allah," katanya.
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011