Padang (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Maritim Teluk Bayur Padang, Sumatera Barat menghimbau para nelayan di laut untuk mewaspadai cuaca buruk dan gelombang tinggi.

"Cuaca buruk disertai hujan lebat melanda di wilayah Sumbar yang juga berpontesi gelombang tinggi sangat membahayakan bagi para nelayan, untuk itu dihimbau menunda aktivitas menangkap ikan ke laut," kata Kepala BMKG Maritim Amarizal, di Padang, Minggu.

Menurutnya, Indonesia dari Citra Satelit terlihat adaya Depressi Tropis pada posisi di Perairan Barat Philipina dan di Perairan Selatan Jepang.

Angin di atas wilayah Perairan Indonesia, daerah Utara Khatulistiwa umumnya bertiup dari arah Timur Laut sampai Barat Daya dan daerah Selatan Khatulistiwa umumnya bertiup dari Timur Laut sampai Selatan.

"Kecepatan angin berkisar antara 3 sampai 25 knot. Kondisi tersebut memberi peluang pertumbuhan awan dan hujan lebat," jelas Amarizal,

Dia menambahkan, pertumbuhan awan dan peluang hujan lebat diperkirakan terjadi di Perairan Kepuluan Mentawai.

"Sedangkan gelombang tinggi diperkirakan mencapai sekitar dua hingga empat meter terjadi di Perairan Kepuluan Mentawai," katanya.

Peluang hujan lebat, tambah Amarizal terjadi pada sore dan malam hari. "Para pengendaran harus berhati-hati membawa kendaraan," kata Amarizal.

Dia mengatakan, cuaca buruk serta gelombang besar mencapai dua hingga tiga meter sangat membahayakan para nelayan untuk menangkap ikan.

"Nelayan agar berhati-hati saat melaut, saat ini gelombang cukup berbahaya bagi kapal-kapal kecil menangkap ikan," katanya.

Disamping itu tambah Amarizal kapal penumpang maupun pengangkut barang yang akan melakukan perjalanan dengan melewati perairan Pantai Barat Sumbar dapat berhati-hati.

"Kami minta kapal penumpang yang berlayar melewati perairan Sulawesi berhati-hati, karena cuaca ekstrim masih melanda," kata Amarizal.

Dia menambahkan, masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar pinggiran pantai juga untuk mewaspadi terjadinya abrasi.

"Gelombang besar dapat menghantam rumah penduduk yang berada di pinggir pantai," katanya. (ANT/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011