Wina (ANTARA News) - Obat-obatan sintetis berada di urutan kedua terbanyak dikonsumsi di dunia mengungguli heroin dan kokain, lapor badan obat-obatan dan kejahatan (UNODC) Selasa.

"Sesudah ganja, ATS (stimulan jenis amphetamine) merupakan obat-obatan kedua terluas penggunaannya di seluruh dunia melampaui heroin dan kokain," kata badan PBB itu dalam laporan ATS tahunannya, lapor AFP.

Stimulan jenis amphetamine, termasuk ekstasi dan methamphetamine, terbanyak dikonsumsi dunia,  berada di belakang ganja, catat laporan itu.

Namun meski menjadi masalah yang semakin memprihatinkan, obat-obatan itu kurang mendapat perhatian dibanding kokain atau heroin, tambahnya.

"Murah dan mudah dibuat, ATS menjadi obat-obatan pilihan menarik bagi jutaan pengguna obat di seluruh kawasan di dunia dan menawarkan jalan masuk ke pasar baru dan belum terekploitasi kepada para penjahat."

"Tidak seperti obat-obatan berbasis tanaman seperti opium atau kokain, obat sintetis dapat dibuat dimanapun oleh para penjahat dengan investasi awal kecil," kata UNODC.

Jumlah penangkapan di Asia tenggara memperlihatkan indikasi tren pertumbuhan: sementara 32 juta pil methamphetamine disita pada 2008, angka tersebut naik menjadi 133 juta tahun lalu.

"Pasar ATS telah berevolusi dari industi kerajinan rakyat yang ditandai kekhasan operasi pembuatan berskala kecil menjadi kekhasan pasar jenis kokain atau heroin dengan tingkat integrasi lebih tinggi dan kelompok-kelompok kejahatan terorganisasi yang terlibat di seluruh rantai produksi dan pasokan," kata kepala UNODC Yury Fedotov memperingatkan dalam sebuah pernyataan.

"Kami melihat pergeseran manufaktur ke pasar-pasar baru dan diversifikasi rute-rute peredaran ke wilayah yang sebelumnya tidak terpengaruh ATS."

Afrika Barat dan Amerika Latin misalnya telah mengalami lonjakan produksi amphetamine secara tiba-tiba, menurut UNODC, yang juga memperingatkan akan risiko kesehatan -- khususnya penularan HIV -- terkait dengan injeksi ATS, tren yang meningkat di Eropa, serta Asia timur dan tenggara.

Kemunculan apa yang disebut zat-zat analog untuk menggantikan obat-obatan stimulan ilegal juga menjadi pokok permasalahan yang memprihatinkan, kata badan itu.

"Sangat berbahaya namun masih dianggap legal di banyak negara, obat-obatan ini tetap tersedia secara luas lewat Internet," kata badan itu memperingatkan. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011