Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah yang diperdagangkan antarbank di Jakarta pada Kamis sore, masih terkoreksi sebesar 50 poin menjadi Rp8.760 per dolar Amerika Serikat (AS) dibanding hari sebelumnya Rp8.610.

Pengamat pasar uang, David Sumual,  mengatakan bahwa pengaruh krisis Eropa terhadap Asia masih cukup besar, sehingga pelaku pasar cenderung melindungi nilainya (hedging) dengan memegang mata uang dolar AS.

"Namun, tertekannya rupiah terhadap dolar AS akibat Eropa merupakan sentimen yang bersifat temporer," ujar dia.

Ia mengemukakan, Bank Indonesia (BI) yang melakukan intervensi terhadap rupiah guna menahan pelemahan rupiah lebih dalam dibanding hari sebelumnya.

"Tindakan Bank Indonesia yang diperkirakan melakukan intervensi sejak kemarin membuat rupiah tertahan dari pelemahan yang lebih dalam, BI sepertinya melepas dolar," katanya.

Melemahnya rupiah, lanjut dia, juga diperkirakan membuat pelaku pasar melakukan non-delivery forward (NDF). "Secara teori, NDF di masa depan berfungsi untuk melindungi nilai," ujarnya.

Ia mengemukakan, NDF merupakan suatu kontrak forward jangka pendek dengan keuntungan atau kerugian pada waktu jatuh tempo dihitung dengan menghitung selisih antara nilai tukar yang telah disetujui dan nilai tukar yang terjadi di pasar spot pada saat kontrak tersebut jatuh tempo.

"NDF merupakan instrumen hedging yang populer untuk mata uang yang tidak diperdagangkan secara internasional," katanya.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menyatakan bahwa pengaruh rupiah masih mengikuti sentimen eksternal dibandingkan kondisi didalam negeri.

"Isu Yunani gagal bayar masih terus mencuat dan semakin berkembang mengkawatirkan menyusul kemungkinan pemotongan peringkat tiga bank besar di Perancis oleh Moody`s akibat kepemilikan obligasi Yunani yang cukup besar dalam porsi asetnya," katanya.

Sementara kurs tengah Bank Indonesia pada Kamis (15/9) tercatat mata uang rupiah bergerak melemah harganya menjadi Rp8.759 dibanding pada harga hari sebelumnya Rp8.730.
(T.KR-ZMF/A027)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011