Jakarta (ANTARA News) - Republik Rakyat China sebagai kekuatan yang sedang bangkit di kawasan Asia Timur sebaiknya jangan dihalangi dan diisolasi karena dapat berdampak pada stabilitas keamanan kawasan Asia, kata seorang pakar politik luar negeri.

Dewi Fortuna Anwar dalam diskusi yang membahas posisi Indonesia dalam kancah keamanan politik dan Ekonomi di Asia Timur di Jakarta, Kamis, mengatakan di dalam hubungan internasional, jika ada satu kekuatan yang sedang bangkit, maka kekuatan tersebut jangan diisolasi.

"Sebab jika diisolasi, negara itu akan merasa perlu untuk melindungi dirinya," kata Dewi.

Hal tersebut pernah terjadi pada Jepang ketika sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Tenggara berada di bawah penjajahan kolonial.

Jepang yang memodernisasi dirinya membutuhkan bahan mentah sumber daya alam dan pasar. Namun negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia dikuasai oleh Belanda, Birma dan Malaysia dikuasai oleh Inggris, sedangkan Filipina dikuasai oleh Amerika.

Jepang tidak mendapatkan akses untuk mendapatkan sumber daya alam dan pasar sehingga dia merasa tidak ada pilihan kecuali untuk merebut, kata Dewi.

"Oleh sebab itu, bangkitnya China harus dibarengi dengan upaya untuk terlibat dengan China. Jangan mengisolasinya," kata Dewi yang juga menjadi staf ahli bidang politik Wakil Presiden RI.

Selain itu, ia juga mengatakan dalam kaitannya dengan wilayah Laut China Selatan, negara-negara anggota ASEAN harus dapat meyakinkan China, sebagai faktor di luar ASEAN, merasa berkepentingan untuk menjaga hubungan baik dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

"Saya berharap dan percaya bahwa China tidak akan mengambil tindakan-tindakan yang membahayakan hubungan eratnya dengan negara-negara ASEAN karena mereka sama-sama mempunyai kepentingan ekonomi dan geostrategis," kata Dewi.

Jika China tidak mempunyai hubungan yang baik dengan negara-negara ASEAN, negara-negara di Asia Tenggara yang merasa terancam mungkin akan mencari perlindungan ke negara-negara besar yang lain.

Dalam hal ini misalnya mereka akan meminta dukungan ke Amerika Serikat, kata Dewi yang kemudian menambahkan bahwa hal tersebut akan tidak menguntungkan bagi keamanan regional dan juga berpengaruh terhadap kedudukan Indonesia.

"Sekarang ini China berkomitmen untuk menjadi negara yang damai dan tidak memicu konflik dengan negara-negara tetangganya. Oleh sebab itu, Indonesia dan ASEAN berusaha menciptakan arsitektur regional di mana China akan didorong sedemikian rupa sehingga kepentingannya akan sangat terikat dengan kepentingan kawasan," katanya.

Diskusi itu diadakan untuk memperingati ulang tahun ke-40 Centre for Strategic and International Studies (CSIS).

(T.SDP-04/M016)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011