Mataram (ANTARA News) - Setelah sebelumnya peternak sapi di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, meminta pemerintah menghentikan impor daging sapi, kini giliran  Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengusulkan penghentian impor sapi dari sejumlah negara.

"Saran kami, impor sapi dihentikan saja karena hasil sensus menyebutkan banyak sapi di berbagai daerah, dan jumlahnya mencukupi," kata Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH. M. Zainul Majdi.

Sensus itu merupakan program bersama Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) dengan BPS yang berbentuk Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) 2011.

Program tersebut merupakan tindaklanjut dari upaya pemerintah menargetkan swasembada daging sapi dan kerbau sebesar 420 ribu ton pada 2014.

Kegiatan pendataan sapi dan kerbau itu berupa upaya menghitung dan mengumpulkan informasi dasar terkait populasi ternak sapi dan kerbau yang meliputi jumlah, pola penyebaran, struktur populasi sapi dan kerbau, termasuk nama dan alamat peternak.

Pendataan tersebut mencakup pemelihara sapi potong, sapi perah, dan kerbau yang ditujukan untuk pengembangbiakan, penggemukan, pembibitan, dan atau perdagangan baik yang dilakukan oleh rumah tangga, perusahaan, atau unit usaha lain seperti Rumah Potong Hewan (RPH), asrama dan pesantren.

Zainul yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat NTB itu, mengaku akan menyampaikan usulan tersebut ke tingkat pusat, ketika menjelaskan program unggulannya yakni NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) yang dicanangkan sejak 2009.

Program NTB-BSS itu juga merupakan bagian dari upaya mencapai swasembada daging pada 2014, yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. NTB sendiri telah mampu memproduksi 35 ribu ekor setiap tahun, yang melebihi kebutuhan daerah.

Menurut politisi Partai Bulan Bintang (PBB) yang loncat pagar ke Partai Demokrat itu, selama ini impor sapi masih terjadi karena keberhasilan para pengusaha melobi pemerintah untuk menyetujui impor komoditi tersebut.

Para pengusaha itu, mengimpor sapi dari Brasil, Kanada, dan Selandia Baru. Negara lainnya yang ikut menjadi pilihan alternatif impor sapi untuk Indonesia yakni Irlandia, Meksiko, dan Uruguay, serta Australia.

"Mereka (pengusaha) yang terus melobi pemerintah dan berhasil mengimpor sapi, padahal masih bisa tidak mengimpor namun meningkatkan produktivitasnya di berbagai daerah," ujar Zainul.


Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011