Jakarta (ANTARA News) - Pakar Hukum dari Universitas Indonesia Adrianus Meliala mengatakan bahwa peristiwa pemerkosaan di dalam angkutan kota terjadi karena lemahnya pengawasan terhadap sarana transportasi umum.

"Pemerkosaan yang terjadi merupakan permasalahan ekstrim yang terjadi di lingkungan transportasi. Ini semua karena lemahnya pengawasan terhadap angkutan kota (angkot) itu," kata Adrianus saat dihubungi ANTARA melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat.

Berbagai permasalahan yang kerap ditemui di angkot, lanjut dia, adalah kurangnya jumlah angkutan, ketidaknyamanan hingga ketidakpastian jadwal.

"Pemerkosaan yang terjadi merupakan puncak dari masalah kecil yang sering dialami pengguna angkot, seperti penipuan, copet dan hipnotis, " terang Adrianus Meliala.

Oleh karena itu, lanjut dia, perlu peningkatan pengawasan pemerintah terhadap transportasi umum, khususnya yang dikelola swasta.

"Kalau transportasi umum yang dikelola pemerintah pasti pengawasan terus berjalan. Sementara, yang dikelola swasta pengawasannya lemah,sehingga banyak kita lihat angkot yang menggunakan kaca gelap," terang doktor dari Universitas Queensland, Australia ini.

Tak hanya permasalahan penggunaan kaca gelap saja yang diawasi, lanjut dia, masalah lainnya seperti kepastian jadwal angkot juga harus diperhatikan. Semua ini, kata dia, demi kenyamanan dan keamanan pengguna jasa angkutan itu.

"Adanya kejadian ini diharapkan menjadi momentum bahwa perlu perhatian lebih terhadap transportasi umum khususnya angkot," harap dia.

Kasus pemerkosaan di dalam angkot dialami oleh RS (27), Kamis (1/9), seorang karyawati yang diperkosa empat laki-laki di dalam angkutan kota D-02 jurusan Pondok Labu-Ciputat dengan nomor polisi B 8639 CN.

Sebelumnya, peristiwa serupa juga dialami Livia Pavita Soelistio (22), mahasiswi Universitas Bina Nusantara yang diperkosa dan dibunuh pada pertengahan Agustus.

Data Polda Metro Jaya menyebutkan kasus pemerkosaan di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi hingga pertengahan September ini mencapai 40 kasus.

(SDP-13/A011)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011