Sirte, Libya (ANTARA News) - Pasukan rezim baru Libya (NTC) terpaksa mundur Sabtu setelah sebelumnya bergerak lebih kedalam kota Sirte, kampung halaman Muamar Gaddafi, dalam pertempuran seru tiga hari yang menelan korban jiwa.

Serangan roket, penembak gelap dan artileri berat menewaskan paling tidak 24 tentara Dewan Transisi Nasional (NTC) dan mencederai lebih dari 40 orang termasuk seorang juru kamerea paruh waktu Prancis.

"Situasi tidak menentu. Tidak ada komando sentral, kami mundur untuk berkumpul kembali dan akan memasuki kota itu lagi dari tiga front," kata komandan Brigade Al-Dhahira Saleh Abu Saala.

Pasukan Pro-Gaddafi di Sirte,kampung halaman pemimpin yang terguling itu, melakukan perlawanan seru terhadap ribuan tentara bekas pemberontak di dalam dan sekitar kota penting itu.

Abu Saala mengatakan pertempuran itu terjadi sekitar pukul 10:30 waktu setempat (15:30 WIB) Sabtu dan pasukan Gaddafi menggunakan artileri berat dan roket terhadap mereka kendatipun pasukan anti-Gaddafi membalas degan roket-roket Grad.

Abdel Nasser al-Sheikh dari Dewan Militer Misrata, menuduh pasukan pro-Gaddafi menembak dari masjid Bin Hamal.

"Kami tidak dapat menyerang tempat ini," katanya.

"Memang ada kemajuan tetapi para penembak gelap satu masalah." kata petempur Fatha Allah,18 tahun, yang kembali dari garis depan yang menurutnya lebih dekat ke pantai.

Enam jam setelah pertempuran dimulai, pesawat-pesawat tempur NATO terbang rendah, sementara suara artileri mereda setelah pasukan pemberontak meninggalkan satu lokasi penting di selatan kota yang jadi ajang baku tembak seru artileri, Jumat.

Tetapi konvoi-konvoi petempur NTC meninggalkan Sirte lagi dibawah serangan roket Sabtu malam, gagal menjamin gerak maju mereka.

Para petempur garis depan dan komandan-komandan memberikan laporan-laporan yang bertentangan tentang kemajuan mereka di Sirte, dengan prajurit di lapangan mengakui mereka menghadapi perlawanan hebat musuh yang sangat terlatih.

"Kami bahkan hanya menguasai Sirte tidak sampai lima persen karena kami masuk dan kemudian ke luar," kata Abdul Rauf al-Mansuri, salah seorang yang ikut bertempur bagi penguasa baru itu.

Ia mengatakan, kendatipun pengerahan besar-besaran kendaraan bersenjata di dan sekitar kota itu, hanya sebagian kecil petempur ikut dalam pertempuran paling seru itu.

Mansuri menambahkan bahwa pasukan NTC tidak menguasai sebagian besar kota itu seperti yang diakui seorang komandan penting di Misrata dan mereka juga terpaksa mundur pada malam hari, yang memberikan waktu bagi pasukan Gaddafi untuk mempersenjatai kembali mereka.

"Jika kami menguasai kota itu, kami akan tidur di sana, tetapi kami tidak menguasinya," katanya.

Wartawan video Prancis Olivier Sarbil termasuk di antara mereka yang luka parah setelah ia diserang pecahan peluru. Ia dievakuasi ke Misrata dengan menggunakan helikopter untuk dirawat.

Komandan Salem Jeha mengatakan paling tidak ada 1.200 kendaraan TNC yang bersenjata dan 6.000 petempur, sebagian besar dari Misrata digelar di daerah Sirte untuk merebut kota itu dari tangan pasukan Gaddafi.

Pasukan berusaha mencegah jatuhnya korban sipil di kota berpeduduk sekitar 130.000 jiwa dan berusaha tidak melakukan balas dendam: "Kami tidak menggunakan senjata berat kecuali untuk melindungi para petempur kami ketika mereka jadi sasaran serangan."
(*)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011